Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu Rasial di Balik Teknologi Pengenal Wajah

Kompas.com - 14/06/2020, 16:27 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

"Kami menerapkan moratorium selama satu tahun terhadap polisi terkait penggunaan teknologi pengenalan wajah besutan Amazon (Rekognition)," ujar pihak Amazon.

Sehari berselang, Microsoft ikut-ikutan. Seperti Amazon, Microsoft juga membatasi kepolisian AS menggunakan teknologi pengenal wajah buatannya.

Microsoft tidak akan lagi menjual teknologi facial recogniton ke kepolisian AS, sampai ada regulasinya. Seperti Amazon, Microsoft masih memperbolehkan departemen lain menggunakan teknologinya, dengan sejumlah syarat yang sedang dirancang.

Perusahaan yang bermarkas di Seattle itu berencana membuat poin-poin tinjauan yang lebih jauh dari apa yang ada saat ini. Peninjauan itu akan dipakai untuk menentukan apakah teknologi pengenal wajah akan dipakai untuk kepentingan di luar penegakan hukum.

"Intinya kami ingin melindungi hak asasi orang-orang sembari teknologi ini digunakan," jelas Presiden Microsoft, Brad Smith.

Memunculkan hasil bias ras

Keputusan tiga perusahaan itu tentu mendapat sambutan dari para aktivis HAM, terutama yang sudah lama mengkritik penggunaan teknologi pengenal wajah.

Untuk diketahui, kepolisian AS memasang bodycam atau kamera kecil yang dipasang di baju aparat. Sebagian di antaranya memiliki teknologi pengenal wajah.

Para pegiat HAM sudah lama mengecam penggunaan teknologi pengenal wajah yang disebut melanggar privasi warga negara. Ditambah perdebatan soal isu rasial di penggunaan teknologi biometrik.

Bahkan, Partai Demokrat menyelidiki, apakah FBI dan lembaga federal lain menggunakan software pengawasan untuk menghadapi peserta aksi protes kematian George Floyd.

Tahun lalu, Institute Standart Teknologi AS (NIST) menerbitkan sebuah laporan, bagaimana rasisnya teknologi pengenal wajah. Ada dua metode yang banyak digunakan teknologi pengenal wajah.

Baca juga: Cara Mematikan Pengenal Wajah di Facebook untuk Menjaga Privasi

One-to-one matching dan one-to many. Singkatnya, one-to-one adalah metode yang mencocokkan satu orag ke satu orang lainnya dari database, salah satunya adalah dengan mencocokkan foto.

Metode ini biasanya digunakan untuk fitur face unlock di smartphone, atau mengecek paspor saat di imigrasi.

Lalu one-to-many adalah metode untuk mencocokkan apakan satu foto ada yang cocok dengan kumpulan foto lainnya yang ada di database. Nah, metode ini lah yang biasanya digunakan departemen kepolisian.

Ada empat data set yang dihimpun dalam database. Data tersebut terdiri dari data orang yang tinggal di AS, foto orang di aplikasi pengajuan imigrasi, foto dari imigran yang melewati perbatasan, dan foto dari aplikasi visa. Total ada 18,27 juta foto dari 8,49 juta orang.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com