Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Bos Google Ungkap Alasan AS Menyerang Huawei

Kompas.com - 03/07/2020, 09:37 WIB
Conney Stephanie,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mantan CEO Google, Eric Schmidt yang kini menjabat sebagai salah satu pimpinan di Pentagon, mengungkap alasan mengapa pemerintah Amerika Serikat terus "menyerang" Huawei.

Schmidt mengatakan bahwa Huawei adalah "ancaman terhadap keamanan nasional" bagi pemerintah AS.

Schmidt juga menuding bahwa raksasa teknologi asal China itu melakukan tindakan mata-mata.

Huawei disebut memberikan informasi kepada China melalui "pintu belakang" (backdoor) yang ditanam pada perangkat buatannya dengan tujuan untuk memata-matai AS.

"Huawei dipastikan menjalankan praktik yang tidak bisa diterima dalam hal keamanan nasional," ujar Schmidt dalam sebuah wawancara dengan BBC.

Baca juga: AS Anggap Huawei dan ZTE sebagai Ancaman Nasional

Menurut Schmidt, sudah dipastikan bahwa informasi yang diperoleh Huawei dari perangkat buatannya, akan berujung di tangan pemerintah China.

"Hal itu benar terjadi, kami yakin itu terjadi," tambahnya.

Schmidt juga menyebut bahwa Huawei merupakan perusahaan China yang cukup dikenal di seluruh dunia dan mampu menciptakan produk yang lebih baik dibandingkan para pesaingnya.

"Namun itu hak kita untuk memilih pilihan, tetapi menghukum perusahaan karena keberhasilannya justru tidak akan menjadi solusi untuk membantu konsumen AS," ungkap Schmidt sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Phone Arena, Jumat (3/7/2020).

Bantahan Huawei

Tuduhan tersebut langsung dibantah oleh Vice President Huawei UK, Victor Zhang. Ia mengatakan bahwa tudingan yang dialamatkan Schmidt pada Huawei sama sekali tidak benar.

"Tuduhan yang dibuat oleh Eric Schmidt, yang saat ini bekerja untuk pemerintah AS itu sama sekali tidak benar dan tidak didukung oleh bukti nyata. Kami independen dari pemerintah mana pun, termasuk pemerintah China," kata Zhang kepada BBC.

Sebelumnya, Chairman Federal Communications Commission (FCC) AS, Ajit Pai juga mengatakan bahwa Huawei memiliki kedekatan dengan Partai Komunis China dan militernya.

Hal itu menjadi salah satu alasan mengapa Huawei dilarang di Amerika Serikat.

Baca juga: Tidak Ada YouTube di Android Huawei, Ini Penggantinya

"Huawei memiliki kedekatan dengan Partai Komunis China dan aparat militernya. Mereka juga harus tunduk pada hukum China yang mewajibkan mereka untuk bekerja sama dengan badan intelijen negara," ungkap Ajit.

Sebagai informasi, hubungan antara Huawei dan pemerintah AS semakin memanas sejak pertengahan 2019 lalu.

Pada bulan Mei 2019 lalu, Departemen Perdagangan Amerika Serikat memasukkan nama Huawei ke dalam daftar hitam "Entity List".

Huawei tidak diperkenankan untuk membeli segala macam komponen dari perusahaan Amerika Serikat tanpa seizin pemerintah AS. 

Kebijakan tersebut menjadi pukulan telak bagi Huawei. Sebab, salah satu imbasnya adalah Huawei tidak bisa lagi menggunakan layanan Google pada ponsel buatannya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Samsung Perkenalkan Memori LPDDR5X Terkencang untuk Ponsel dan AI

Samsung Perkenalkan Memori LPDDR5X Terkencang untuk Ponsel dan AI

Hardware
Penerbit 'GTA 6' PHK 600 Karyawan dan Batalkan Proyek Rp 2,2 Triliun

Penerbit "GTA 6" PHK 600 Karyawan dan Batalkan Proyek Rp 2,2 Triliun

Game
TikTok Notes, Aplikasi Pesaing Instagram Meluncur di Dua Negara

TikTok Notes, Aplikasi Pesaing Instagram Meluncur di Dua Negara

Software
HP Vivo T3X 5G Meluncur dengan Snapdragon 6 Gen 1 dan Baterai Jumbo

HP Vivo T3X 5G Meluncur dengan Snapdragon 6 Gen 1 dan Baterai Jumbo

Gadget
Siap-siap, Pengguna Baru X Twitter Bakal Wajib Bayar Buat 'Ngetwit'

Siap-siap, Pengguna Baru X Twitter Bakal Wajib Bayar Buat "Ngetwit"

Software
Daftar Paket Internet eSIM Telkomsel, PraBayar, Roaming, Tourist

Daftar Paket Internet eSIM Telkomsel, PraBayar, Roaming, Tourist

e-Business
8 Cara Mengatasi Kode QR Tidak Valid di WhatsApp atau “No Valid QR Code Detected”

8 Cara Mengatasi Kode QR Tidak Valid di WhatsApp atau “No Valid QR Code Detected”

e-Business
Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Ramadhan dan Idul Fitri 2024, Trafik Internet Telkomsel Naik 12 Persen

Internet
Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Tampilan Baru WhatsApp Punya 3 Tab Baru, “Semua”, “Belum Dibaca”, dan “Grup”, Apa Fungsinya?

Software
HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang 'Membosankan'

HMD Perkenalkan Boring Phone, HP yang Dirancang "Membosankan"

Gadget
7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

7 HP Kamera Boba Mirip iPhone Lengkap dengan Harga dan Spesifikasinya

Gadget
Motorola Edge 50 Ultra dan 50 Fusion Meluncur, Harga mulai Rp 6 Jutaan

Motorola Edge 50 Ultra dan 50 Fusion Meluncur, Harga mulai Rp 6 Jutaan

Gadget
Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

Apple Investasi Rp 255 Triliun di Vietnam, di Indonesia Hanya Rp 1,6 Triliun

e-Business
Ketika Sampah Antariksa NASA Jatuh ke Bumi Menimpa Atap Warga

Ketika Sampah Antariksa NASA Jatuh ke Bumi Menimpa Atap Warga

Internet
CEO Apple Bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto Bahas Kolaborasi

CEO Apple Bertemu Presiden Terpilih Prabowo Subianto Bahas Kolaborasi

e-Business
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com