Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FBI Investigasi Kasus Peretasan Akun Twitter Bill Gates dkk

Kompas.com - 21/07/2020, 12:58 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

Sumber The Verge

KOMPAS.com - Biro investigasi federal (FBI) melakukan investigasi terbuka terkait kasus peretasan sejumlah akun Twitter orang-orang ternama beberapa waktu lalu.

Sejumlah akun terverifikasi milik tokoh publik seperti Bill Gates, Elon Musk, dan Barack Obama, diretas dan disalahgunakan.

FBI menyoroti adanya serangan terkoordinasi dan celah keamanan yang terekspos di sistem Twitter, di mana celah tersebut berisiko mengakibatkan masalah keamanan yang serius.

"Saat ini, akun-akun terdampak tampaknya disalahgunakan untuk penipuan mata uang kripto," jelas perwakilan FBI.

Meskipun akun milik sejumlah tokoh besar seperti seperti Obama dan Joe Biden diretas, akun Twitter milik Presiden Donald Trump tetap aman dan tidak terkena dampak.

Namun, belum jelas apakah akun Twitter Presiden AS ini dilindungi sistem keamanan khusus atau tidak. Saat ini, Twitter masih berkoordinasi dengan FBI untuk investigasi dan akan bekerja sama sepenuhnya.

Gubernur New York, Andrew Cuomo juga meminta Departemen Keuangan untuk ikut menyelidiki kasus ini. Cuomo khawatir adanya keterlibatan pihak asing.

Baca juga: Twitter Diretas, Perlukah Reset Password?

"Intervensi pihak asing masih menjadi ancaman besar untuk demokarsi kita, dan New York akan terus memimpin perjuangan untuk melindungi demokrasi dan integritas pemilihan umum kita dengan cara apapun yang bisa kita lakukan," kata Cuomo.

Jaksa agung New York, Letitia James, juga membuka penyelidikan setelah parlemen meminta Twitter untuk lebih transparan tentang bagaimana penyerangan bisa terjadi.

James mengatakan, banyak warga Amerika yang memanfaatkan Twitter untuk membaca dan menonton berita, terlibat dalam debat publik, dan mendengan pernyataan langsung dari pemimpin politik, aktivis, pebisnis, dan pemimpin lainnya.

"Serangan di Twitter semalam meningkatkan kekhawatiran khusus tentang keamanan data dan bagaimana platform seperti Twitter bisa digunakan untuk membhayakan debat publik," jelas James.

Sebagaimana dirangkum KompasTekno dari The Verge, Selasa (21/7/2020) belum diketahui siapa pihak yang melakukan aksi ini. Belum dapat dipastikan pula apakah aksi ini dilakukan seorang diri atau berkelompok.

Baca juga: Ada 45 Akun yang Dibajak dalam Peretasan Twitter

Menurut pihak Twitter, pelaku diyakini menggunakan metode rekayasa sosial secara terkoordinasi untuk mengambil alih sistem internal Twitter.

Setelah merangsek ke sistem backend, peretas bisa mengakses beberapa akun terverifikasi yang memiliki banyak followers.

Namun, belum dijelaskan lebih detail bagaimana hal itu bisa terjadi. Kabar terbaru menyebut ada sekitar 130 akun yang menjadi target peretasan.

Sebanyak 45 akun di antaranya berhasil diretas dengan cara reset password, dan kembali log in.Kemudian, pelaku mengunggah twit penipuan Bitcoin. Akun yang berhasil diretas dikuasai sekitar dua jam.

Twitter pun mengambil beberapa langkah ekstrem untuk mengurangi dampak tersebut. Seperti membatasi beberapa akun centang biru atau terverifikasi untuk mereset password dan mengunggah twit.

Baca juga: Begini Keterlibatan Karyawan Twitter dalam Pembobolan Akun Bill Gates dkk

Namun, tidak semua akun yang mendapat pembatasan adalah akun yang diretas. Twitter mengatakan beberapa akun yang sempat dibatasi sudah mulai pulih kembali.

Senat Amerika Serikat meminta Twitter untuk memberikan pernyataannya pada tanggal 23 Juli mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber The Verge


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com