Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wahyunanda Kusuma Pertiwi
Reporter Tekno

Reporter desk Teknologi Kompas.com yang mendalami isu-isu seputar gadget dan kebijakan yang terkait dengan teknologi dan informasi.

kolom

Upacara 17 Agustus Virtual Pertama dan PR Besar Internet Indonesia

Kompas.com - 17/08/2020, 14:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Pukul 10.00 pagi, Ir.Soekarno membacakan teks proklamasi di Jalan Pengangsaan Timur no.56 (sekarang Jl.Proklamasi) untuk pertama kalinya. Memproklamirkan kemerdekaan Indonesia atas penjajahan Jepang yang disambut sorak sorai orang-orang di sepanjang jalan.

Begitu sekilas catatan peristiwa yang terjadi 75 tahun lalu, hari paling bersejarah bagi bangsa Indonesia.

Hari ini, Senin, 17 Agustus 2020, sejarah baru tertoreh. Upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-75 Republik Indonesia, dilakukan secara virtual.

Upacara fisik di lapangan Istana Presiden, tetap dilaksanakan. Hanya saja peserta yang hadir tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.

Area Istana Merdeka yang biasanya diisi oleh tamu undangan dengan aneka kostum daerah, perwakilan negara sahabat dan rombongan paduan suara aubade yang biasanya diisi siswa-siswi dari berbagai jenjang pendidikan, tampak absen.

Keramaian pindah ke ruang Zoom dan kanal YouTube beberapa instansi pemerintah, seperti Sekretariat Presiden dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Sejarah ini tidak sengaja dibuat, namun pandemi Covid-19 memaksa keadaan.

Secara umum, susunan acara upacara berjalan seperti biasa. Namun ada beberapa sesi yang dimodifikasi. Sesi persembahan lagu-lagu nasional, dihadirkan melalui video orkestra yang cukup menarik.

Video orkestra yang mempersembahkan aubade Hari Merdeka dan Syukur secara virtual.- Video orkestra yang mempersembahkan aubade Hari Merdeka dan Syukur secara virtual.

Tidak seperti biasa, di mana lagu-lagu nasional selalu dilanjutkan persembahan lagu-lagu daerah, kali ini hanya lagu "Hari Merdeka" dan "Syukur" saja yang ditembangkan. Kendati virtual, peserta upacara tetap semarak dengan mengenakan baju adat seperti upacara hari kemerdekaan beberapa tahun belakang.

Di ruang Zoom, tampak beberapa peserta mengenakan baju adat dan seragam Pramuka. Dari pantuan KompasTekno yang turut hadir dalam upacara virtual di Zoom, total ada 15 ruang yang diikuti oleh warga negara Indonesia dari berbagai daerah, termasuk beberapa peserta dari luar negeri.

Beberapa peserta upacara HUT Kemerdekaan ke-75 RI di Zoom mengenakan pakaian adat daerah.- Beberapa peserta upacara HUT Kemerdekaan ke-75 RI di Zoom mengenakan pakaian adat daerah.

Beberapa tokoh juga tampak "menghadiri" upacara secara terpisah di lokasi yang berbeda-beda. Terlihat Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri. Juga Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla yang ditemani sang isteri, Mufidah Jusuf Kalla beserta dua cucunya.

Upacara Kemerdekaan ke-75 RI secara virtual, mungkin menjadi momentum bangsa Indonesia untuk lebih "bersahabat" dengan segala hal yang serba online. Namun, benarkah kita sudah siap?

Akses internet bagi seluruh rakyat Indonesia

Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Diprediksi, tahun 2025, ekonomi digital Indonesia akan menembus angka 133 miliar dollar AS.

Namun tentu saja itu prediksi sebelum pandemi, sebelum ekonomi global terguncang, dan sebelum mengetahui banyak anak-anak sekolah yang ternyata kesulitan mendapatkan akses internet untuk belajar dari rumah.

Karena pandemi Covid-19, di mana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengimbau kegiatan belajar mengajar dari rumah, banyak siswa-siswi di berbagai daerah di Indonesia sulit mendapat akses internet.

Seperti yang terjadi di Gunung Kidul, Yogyakarta, di mana 70 persen siswa sekolah dasar mengalami kendala internet maupun perangkat untuk mengaksesnya. Di Pamekasan, salah satu sekolah bahkan memilih menggunakan handy talkie atau HT karena sulitnya sinyal internet.

Orang tua murid mengaku sangat terbantu dengan penggunaan HT. Dengan cara ini mereka tidak perlu mengeluarkan uang tambahan untuk membeli pulsa ponsel.Randy Pratama Orang tua murid mengaku sangat terbantu dengan penggunaan HT. Dengan cara ini mereka tidak perlu mengeluarkan uang tambahan untuk membeli pulsa ponsel.

Guru-guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Ulum 2, Dusun Montor, Desa Teja Barat, Pamekasan memanfaatkan jaringan radio bantuan dari Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Pamekasan.

Tidak cuma perkara sinyal internet. Kuota dan perangkat saja belum tentu semua orang bisa mendapatkannya. Seperti dialami Dimas Ibnu Alias, siswa SMPN 1 Rembang, Jawa Tengah yang nekat sekolah sendirian di kelas karena tidak memiliki smartphone seperti teman-temannya.

Setiap hari, Dimas selalu diantar ke sekolah oleh sang Ibu yang bekerja sebagai buruh pengeringan ikan. Selesai belajar, dia pulang dengan diantar wali kelasnya sampai di rumah.

Di Lampung, seorang siswa bernama Jonathan rela berjualan pempek demi membeli kuota internet setiap hari untuk belajar daring. Di tengah kesulitan-kesulitan itu memang banyak dermawan yang menggalang dana untuk menyumbangkan smartphone atau kuota internet atau WiFi gratis.

Namun tetap saja, masalah akses internet yang sulit dan masih banyaknya penduduk yang tidak memiliki perangkat yang memadai, menjadi PR (pekerjaan rumah) besar bagi pemerintah.

Tahun lalu, pemerintah meresmikan Palapa Ring, proyek backbone sistem telekomunikasi nasional yang sudah dicanangkan sejak tahun 2005 dan sempat terbengkalai bertahun-tahun.

Palapa Ring diproyeksikan menjadi tulang punggung sistem telekomunikasi nasional dengan membangun serat optik sepanjang 36.000 kilometer dari barat ke timur Indonesia.

Ilustrasi Cakupan Daerah Proyek Palapa Ring Rilis Ilustrasi Cakupan Daerah Proyek Palapa Ring

Jaringan Palapa Ring mengintegrasikan jaringan yang sudah ada (existing network) dengan jaringan baru (new network) pada wilayah timur Indonesia (Palapa Ring Timur). Pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) dan Kominfo juga berencana meluncurkan satelit baru bernama Satria.

Satelit ini bertujuan untuk meratakan akses internet di seluruh Indoensia, termasuk daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) serta daerah perbatasan. Satelit Satria akan menjangkau 150.000 titik, mencakup Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Maluku, Bali dan Nusa Tenggara, serta Jawa.

Rencananya, satelit Satria akan rampung pada tahun 2022 dan siap beroperasi pada tahun 2023. Tentu masih butuh perjuangan demi merealisasikannya, terlebih di situasi pandemi yang menggerogoti ekonomi global dan dalam negeri.

Namun, berpedoman dari salah satu kata-kata terkenal Soekarno, "tidak ada satu negara yang benar-benar hidup jika tidak ada seperti kuali yang mendidih dan terbakar, dan jika tidak ada benturan keyakinan di dalamnya".

Dirgahayu Republik Indonesia. Indonesia Maju.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com