Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Bos Xiaomi Indonesia Alvin Tse, Ubah Cita-cita Setelah Berjumpa Steve Jobs

Kompas.com - 04/09/2020, 19:05 WIB
Oik Yusuf,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Alvin Tse dulu tak pernah berpikir bakal terjun ke dunia teknologi, apalagi menjadi entrepreneur. Country Head Xiaomi Indonesia sekaligus bos Pocophone global ini berasal dari keluarga dengan latar belakang pengacara di Hong Kong.

Alvin pun dulu bercita-cita ingin menjadi pengacara, mengikuti jejak orangtua. Tetapi jalan hidupnya berubah setelah memutuskan kuliah di jurusan manajemen teknik, di Universitas Stanford, California, Amerika Serikat pada 2006.

Pekan pertama menjejakkan kaki di lingkungan kampus di daerah Palo Alto, Alvin berjalan-jalan keliling dengan seorang teman untuk melihat suasana sekitar. Mereka mampir sejenak di toko es krim sebelum pulang.

Selagi menunggu bus untuk kembali ke asrama, sesosok lelaki dan anaknya tiba-tiba melintas persis di depan wajah Alvin.

Baca juga: Alvin Tse Jawab Kelanjutan Nasib Pocophone di Indonesia

"Saya lihat Si Bapak mengenakan kaus turtleneck warna hitam dan celana jeans," Alvin berkisah, saat wawancara online eksklusif dengan wartawan KompasTekno, Oik Yusuf, Rabu (3/9/2020).

Pria yang dilihat Alvin tak lain adalah Steve Jobs, almarhum pendiri Apple yang dikenal gemar memakai setelan pakaian demikian.

Alvin tertegun, tidak menyangka bakal bisa menjumpai satu sosok paling sohor di dunia teknologi tersebut, yang begitu saja melenggang santai di jalanan.

Walau tak sempat menyapa, pertemuan singkatnya dengan Jobs meninggalkan kesan mendalam buat Alvin.

Seketika itu juga dia tersadar bahwa para figur terkemuka, para tokoh legendaris, adalah manusia biasa seperti dirinya. Kalau mereka bisa meraih pencapaian, kenapa dia tidak? Begitu pikir Alvin.

"Mungkinkah nantinya kita juga akan bisa mengubah dunia? Saya pikir dari situlah benih karir saya di dunia teknologi mulai bersemi. Saya lantas mengambil jalan ini," kata Alvin.

Gabung Xiaomi untuk belajar

Tinggal di lingkungan yang sama dengan para pegiat dunia teknologi membuat semangat Alvin menggelora. Apalagi, nuansa entrepreneurship memang kental terasa di Silicon Valley.

Pada 2009, Alvin pun sempat mendirikan ThinkBulbs Inc, perusahaan pembuat aplikasi fotografi, yang kemudian diakuisisi oleh Megatasty Labs pada 2011.

Alvin lalu bekerja sebagai product manager di FlipBoard, startup agregator konten yang juga berbasis di Palo Alto. Dia mendapat promosi dan dikirim ke Beijing, China untuk menangani operasional FlipBoard di sana.

Alvin Tse, Country Director Xiaomi Indonesia dalam konferensi pers peluncuran Mi Note 10 Pro di Jakarta, Sabtu (4/1/2020).KOMPAS.com/Wahyunadna Kusuma Pertiwi Alvin Tse, Country Director Xiaomi Indonesia dalam konferensi pers peluncuran Mi Note 10 Pro di Jakarta, Sabtu (4/1/2020).

Saat berada di Negeri Tirai Bambu inilah, Alvin direkrut oleh Xiaomi. Vice President International Xiaomi kala itu, Hugo Barra yang juga baru pindah ke Xiaomi dari Google, sedang mencari kepala staff yang bisa membantunya beradaptasi di China, sekaligus memiliki pengalaman di Silicon Valley.

"Jadi, saya merasa punya latar belakang yang cocok," ujar Alvin.

Saat bergabung dengan Xiaomi, usianya baru 25 tahun. Dia mengaku motivasinya ketika itu bukanlah hendak mencari uang, melainkan hendak belajar, termasuk dari Barra yang merupakan tokoh beken di Google, serta CEO Xiaomi Lei Jun yang kerap dijuluki "Steve Jobs" dari China.

Karirnya di Flipboard memberikan Alvin pengalaman membawa perusahaan AS ke China. Kini Barra menuntut kebalikannya, yaitu membawa perusahaan China ke ranah global. Hal tersebut menjadi motivasi kedua Alvin selain belajar.

Baca juga: Xiaomi Indonesia Janjikan Servis Ponsel Selesai dalam 5 Hari atau Diganti Baru

"Itulah impact yang saya cari, tentang bagaimana memanfaatkan pengetahuan saya di Amerika Serikat untuk membantu perusahaan China go global," kata pria yang merupakan rekrutan pertama Hugo Barra, setelah pindah ke Xiaomi ini.

Sempat sakit-sakitan

Namun, transisi Alvin bekerja dari perusahaan Amerika Serikat ke perusahaan China tak berjalan mulus, karena ada hambatan terkait perbedaan budaya. Dia mencontohkan jam kerja yang jauh berbeda.

Selama di AS, Alvin terbiasa dengan jam kerja kantor 9 to 5. Di Negeri Paman Sam, tuturnya, orang-orang mulai kerja pukul 9 pagi, kemudian pulang pukul 5 sore, termasuk di lingkungan perusahan startup yang memberikan gaji besar dan bermacam fasilitas sekalipun.

Di China, ternyata jam kerjanya berbeda, karyawan bekerja dari pukul 9 pagi hingga pukul 9 malam. Di masa-masa awal Xiaomi, jam kerjanya malah lebih ke arah pukul 9 pagi hingga 11 malam. Bahkan, CEO Xiaomi Lei Jun biasanya baru pulang pukul 1 dini hari.

Alvin sempat kaget dengan pola kerja ini.

"Saya sampai sering jatuh sakit pada tahun pertama, karena tubuh belum terbiasa dengan pola demikian," kata dia.

"Saya pikir, kenapa sih orang-orang kerja begitu keras? Kenapa gila sekali?"

Meski demikian, dia melihat ada hikmah di tengah lingkungan kerja yang menantang tersebut. Lei Jun, katanya, memimpin dengan memberikan contoh kepada karyawan.

Termasuk dalam hal bekerja keras dan menyempatkan diri untuk selalu posting setidaknya sekali dalam sehari di media sosial, walau sesibuk apa pun.

Sebab, komunikasi dengan konsumen dinilai sebagai hal yang sangat penting dan mutlak. "Kalau dia bisa begitu, kenapa kita yang karyawannya tidak bisa?" pikir Alvin.

Dia kemudian meniru gaya kepemimpinan Lei Jun hingga sekarang. "Leading by example itu memberikan motivasi untuk karyawan. Jadi saya ingin meneruskan semangatnya," ujar Alvin.

Ke Eropa hingga Indonesia

Awalnya Alvin bekerja di markas Xiaomi di Beijing. Beberapa tahun kemudian dia dipindah ke Bangalore, India, untuk mengurusi penjualan Xiaomi di sana. Alvin menangani India sampai Xiaomi berhasil memuncaki pasaran smartphone setempat.

"Saya ingat betul, waktu itu bulan November 2017. Xiaomi menjadi nomor satu di India tepat sebelum saya dipindah lagi," kisahnya.

Alvin ditarik kembali ke Beijng, beberapa bulan sebelum Xiaomi melakukan penawaran saham perdana ke publik (IPO).

Karena fasih berbahasa Inggris, Mandarin, dan Kanton, dia pun ikut keliling melakukan roadshow dengan para eksekutif perusahaan ke calon investor sebagai penerjemah.

Usai IPO, Xiaomi melirik benua Eropa yang merupakan pasar negara-negara maju dengan Average Revenue Per User (ARPU) yang lebih tinggi dibanding negara berkembang. Xiaomi ingin mengukur potensi di sana.

Country Director Xiaomi Indonesia, Alvin Tse, memamerkan fitur-fitur Mi True Wireless 2 Basic di sebuah acara peluncuran virtual, Kamis (13/8/2020).Xiaomi Country Director Xiaomi Indonesia, Alvin Tse, memamerkan fitur-fitur Mi True Wireless 2 Basic di sebuah acara peluncuran virtual, Kamis (13/8/2020).

Alvin pun didapuk untuk mengepalai urusan marketing Xiaomi di Benua Biru. Dia berbasis di Madrid, Spanyol, dan berkeliling ke kota-kota di negara lain seperti London, Paris, Milan, serta Amsterdam.

Sembilan bulan di Eropa, Alvin kembali ditarik ke markas Xiaomi di China. Pada periode ini dia sempat menginkubasi Share Save, e-commerce baru dengan konsep lintas negara dan group buying.

Kemudian, Xiaomi berpikir bahwa pasar Indonesia mungkin butuh perubahan pendekatan. Alvin pun diminta membawa pengetahuan yang diperolehnya dari India dan Eropa ke Indonesia. Mulai Oktober 2019, Alvin resmi menjabat sebagai Country Director di Indonesia.

Sudah lama tidak pulang

Tak lama setelah mendarat di Indonesia, Alvin langsung jatuh cinta dengan masakan Indonesia yang disebutnya paling enak di antara negara-negara lain yang pernah dia kunjungi.

"Saya paling suka sate. Segala macam sate, baik sate ayam, sate sapi, dan lain-lain," katanya semringah.

Alvin kini tinggal di sebuah apartemen di Jakarta. Dia mengaku sudah biasa dengan gaya hidup ekspatriat setelah melakoninya selama beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Pidato Ulang Tahun, Pendiri Xiaomi Sebut Nama Karyawati Pabrik di Batam

Pandemi Covid-19 memaksanya berdiam diri di rumah. Dia melihat ada ekspatriat-ekspatriat lain yang pulang ke negara masing-masing. Tapi, sebagai Country Head di negara yang penjualannya sedang tinggi, Alvin merasa untuk tetap tinggal di Indonesia.

Perjalanan terakhirnya tepat sebelum pandemi adalah ke Bandung dan Makassar untuk menyapa Mi Fans.

Berbulan-bulan kemudian barulah dia bisa ke luar lagi dalam rangka ulang tahun ke-10 Xiaomi. Itu pun hanya ke Tangerang, yang bisa dijangkau dari Jakarta dengan mobil.

Di China, kantor Xiaomi juga disebutnya masih menerapkan kebijakan work from home sejak bulan Maret hingga Juni, karena persoalan pandemi.

Karyawan sempat masuk kantor lagi seiring dengan pemerintah yang melonggarkan pembatasan, tetapi sejak Juli lalu kembali diminta bekerja dari rumah, gara-gara kasus Covid-19 yang kembali mengemuka di Negeri Tirai Bambu.

Alvin pun tak bisa menengok keluarganya di Hong Kong.

"Karena pengalaman dari SARS, Hong Kong sangat berhati-hati soal ini (Covid-19). Keluarga saya masih di sana. Saya terakhir pulang bulan Maret. Jadi memang sudah agak lama," kata Alvin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com