Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Hal yang Tidak Berubah dari Xiaomi Setelah 10 Tahun

Kompas.com - 07/09/2020, 18:05 WIB
Conney Stephanie,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada bulan Agustus 2020, Xiaomi baru saja merayakan 10 tahun kiprahnya di industri smartphone.

Country Director Xiaomi Indonesia, Alvin Tse mengatakan bahwa, meski telah genap berusia 10 tahun, namun ada tiga hal yang tidak pernah berubah dari Xiaomi.

Pertama, Alvin menyebut bahwa Xiaomi selalu mengedepankan teknologi sebagai landasan
untuk menciptakan produk-produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumennya.

"Teknologi adalah fondasi kami. Hingga saat ini, Anda dapat melihat bahwa teknologi selalu menjadi yang terdepan dalam bisnis kami," ungkap Alvin. Pendiri sekaligus CEO Xiaomi, Lei Jun juga disebut Alvin merupakan seorang ahli di bidang teknologi, khususnya smartphone.

Hal itulah yang juga menjadi alasan utama mengapa Xiaomi selalu mengutamakan teknologi dalam pengembangan produknya.

Baca juga: Cerita Bos Xiaomi Indonesia Alvin Tse, Ubah Cita-cita Setelah Berjumpa Steve Jobs

Selain Lei Jun, Alvin mengatakan bahwa co-founder Xiaomi lainnya juga memang memiliki latar belakang serupa. Jadi, tak aneh apabila perusahaan termuda yang masuk daftar Fortune 500 ini selalu berfokus pada teknologi.

"Tim pendiri kami yang terdiri dari tujuh orang, lima di antaranya adalah engineer dan dua lainnya merupakan desainer produk. Tak ada yang hanya mengurusi bisnis saja. Jadi, teknologi selalu menjadi inti DNA kami," tutur Alvin.

Dia menambahkan, lantaran fokus teknologi ini, Xiaomi selalu giat mendorong riset dan pengembangan produk baru. Misalnya, ponsel dengan kamera di bawah layar yang disebutnya akan diluncurkan Xiaomi pada 2021.

Baca juga: Xiaomi Pamer Ponsel dengan Kamera Selfie di Dalam Layar

"Merusak" harga

Hal kedua yang tak berubah dari Xiaomi, menurut Alvin, adalah prinsip untuk membanderol produk dengan "harga jujur". Maksudnya, harga dibuat serendah mungkin dengan hanya mengambil profit tipis dari penjualan hardware.

Toh, perusahaan nyatanya juga mendapat untung dari bisnis lain, seperti aneka layanan online yang juga dipasarkan oleh Xiaomi, mulai dari cloud storage, penayangan iklan di perangkat, game online, skin antarmuka ponsel, hingga pinjaman kredit.

Pada kuartal keempat 2019, Xiaomi yang sudah melantai di bursa Hong Kong sejak pertengahan 2018 ini melaporkan laba bersih sebesar 320 juta dollar AS atau sekitar Rp 4,7 triliun, tumbuh 26,5 persen secara year-over-year.

Dengan menawarkan banderol rendah, Xiaomi juga "merusak" harga pasar. Alvin mencontohkan produk air purifier yang sebelum kedatangan Xiaomi dijual dengan banderol relatif mahal.

Baca juga: Xiaomi Mulai Dorong Penggunaan Pabrik Otomatis dengan Robot

"Setelah Xiaomi masuk, para pabrikan air purifier mesti merilis produk dengan kisaran harga 100 dollar AS (Rp 1 jutaan) supaya bisa bersaing dengan Xiaomi," katanya.

Disrupsi harga ini, menurut Alvin, pada akhirnya menguntungkan konsumen dan meningkatkan kualitas industri secara keseluruhan dengan memperketat kompetisi. 

Hal ketiga yang tidak berubah dari Xiaomi selama 10 tahun adalah passion terhadap produk. Alvin mengatakan Xiaomi terus menerus mengembangkan portfolio produknya, termasuk yang berhubungan dengan ekosistem Internet-of-Things (IoT).

Laporan firma riset CounterPoint menyebutkan bahwa, hingga kuartal keempat 2019, platform IoT Xiaomi sudah memiliki sebanyak 234,8 juta perangkat yang tersambung ke internet, di luar laptop dan smartphone.

"Semua perangkat itu sudah terpasang dan online, sehingga menjadikan Xiaomi sebagai platform IoT konsumen terbesar di dunia," pungkas Alvin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com