Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YLKI Minta Kominfo Tingkatkan Kapasitas Mesin CEIR

Kompas.com - 12/10/2020, 21:04 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kapasitas mesin Central Equipment Identity Register (CEIR) dikabarkan penuh pada akhir bulan September lalu. Akibatnya, banyak data IMEI ponsel baru tidak bisa masuk ke mesin CEIR.

Hal itu menyebabkan sejumlah ponsel resmi yang sudah digunakan pengguna mendadak tidak bisa menerima sinyal.

Terkait hal tersebut, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi meminta agar pihak yang terlibat dalam regulasi pemblokiran ponsel ilegal lewat aturan IMEI bertanggung jawab. Termasuk jika diperlukan peningkatan infrastruktur.

Baca juga: Kominfo Klaim Mesin CEIR Bisa Tampung IMEI Baru, Vendor Ponsel Membantah

"Mesin CEIR tanggung jawab pemerintah dalam hal ini Kemkominfo dan Kemenperin, kalau penuh harus ditambah kapasitasnya dong. Jangan menghambat ekonomi dan hak konsumen," ujar Tulus.

Tulus meminta agar konsumen tidak dirugikan akibat masalah yang ditimbulkan regulasi ini.
Namun, menurut Direktur Jenderal Sumber Data dan Perangkat Informatika Kemenkominfo, Ismail, pemerintah belum akan meningkatkan kapasitas mesin CEIR dalam waktu dekat.

Ismail mengatakan kapasitas mesin CEIR saat ini mencukupi untuk menerima data tanda pendaftaran produk (TPP) produksi maupun impor terbaru.

Dihubungi KompasTekno beberapa waktu lalu, Ismail memang tidak menutup peluang untuk menambah kapasitas mesin CEIR. Namun rencana itu belum akan direalisasikan dalam waktu dekat.

"Kita optimalkan dulu yang ada sampai optimal benar pemanfaatannya," katanya melalui sambungan telepon kepada KompasTekno, Jumat (2/10/2020).

Salah satu konsumen yang terdampak masalah penuhnya mesin CEIR ini adalah pengguna Asus ROG Phone 3. Sebagaian pengguna ROG Phone 3 mengaku ponselnya tidak mendapat sinyal apabila menempatkan kartu di slot kedua (SIM 2).

Baca juga: Kominfo Sebut Kapasitas Mesin CEIR Masih Cukup

Muhammadi Firman, Head of PR Asus Indonesia mengatakan bahwa kendala itu diduga terjadi karena database CEIR penuh sesak. Nomor IMEI slot kartu SIM 2 hanya terdaftar di database Kemenperin dan belum terdaftar di mesin CEIR.

"Banyak IMEI milik ROG Phone 3 yang tidak sempat masuk ke sistem CEIR karena sudah terlalu penuh," tutur Firman kepada KompasTekno, Rabu (7/10/2020).

Vendor ponsel Oppo juga mengaku hingga Senin (12/10/2020) malam ini pabriknya belum bisa memproduksi ponsel baru, akibat kendala pendaftaran IMEI.

Pabrikan ponsel lokal seperti Evercoss dan Mito juga terpaksa menangguhkan proses produksi karena data IMEI perangkat baru tidak bisa terdaftar. Kepala Perizinan Evercoss, Fendy Mardyanto mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Kemenperin dan Kominfo terkait masalah tersebut.

Sementara itu, Mito ingin agar masalah ini segera diselesaikan untuk menyelamatkan industri ponsel di Indonesia.

Baca juga: Vendor Ponsel Kurangi Produksi dan Rumahkan Karyawan, Imbas CEIR Penuh

“Ini sangat berdampak terhadap kelangsungan industri kami. Kami bisa terkena resesi lebih cepat jika sistem ini tidak cepat diperbaiki. Padahal ponsel kami resmi. Semestinya tidak terblokir,” ungkap Hansen, CEO Mito Mobile, dalam keterangan resmi yang diterima KompasTekno.

Hensen menambahkan masalah tersendatnya input data TPP impor dan produksi ke mesin CEIR adalah serius. Apabila tidak segera ditangani, industri ponsel akan terpuruk lebih dalam.

"Jangan biarkan kami masuk ke jurang resesi lebih cepat. Jadi kami sangat berharap sekali pihak terkait untuk secepatnya mengatasi persoalan ini," kata Hensen.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com