Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/11/2020, 16:03 WIB
Conney Stephanie,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - WhatsApp merupakan salah satu aplikasi perpesanan yang populer dan banyak digunakan, termasuk di Indonesia. Di tengah merebaknya berbagai layanan pesan instan, WhatsApp bisa dibilang masih menjadi aplikasi chatting favorit.

CEO Facebook, Mark Zuckerberg belakangan mengumumkan bahwa kini aplikasi WhatsApp telah menembus angka dua miliar pengguna secara global. Meski demikian, Zuckerberg tidak menjabarkan secara detail mengenai pertumbuhan penggunanya.

Total keseluruhan pesan yang dikirimkan oleh pengguna aktif melalui aplikasi WhatsApp dilaporkan mencapai 100 miliar pesan setiap harinya.

Baca juga: Setahun Hengkang, Pendiri WhatsApp Blak-blakan soal Perselisihan dengan Bos Facebook

India disebut merupakan salah satu pasar yang berkontribusi paling banyak menggunakan aplikasi WhatsApp.

"Kami bangga bahwa WhatsApp mampu mengirimkan sekitar 100 miliar pesan setiap harinya. Ini menjadi awal kemajuan kami untuk ke depannya," kata Will Cathcart, Head of WhatsApp.

Pada awal 2014, pesan yang dikirimkan pengguna WhatsApp secara keseluruhan tercatat mencapai sekitar 50 miliar pesan per hari. Kemudian di awal 2016, angkanya meningkat menjadi 60 miliar pesan setiap harinya.

Menurut laporan dari App Annie, WhatsApp menjadi aplikasi pesan instan paling populer di seluruh dunia berdasarkan jumlah pengguna aktif bulanan (monthly active user/MAU) pada 2019.

Baca juga: Ingkar Janji Mark Zuckerberg kepada WhatsApp, Instagram, dan Messenger

 

Aplikasi terpopuler global tahun 2019 versi App Annie.App Annie via Tech Crunch Aplikasi terpopuler global tahun 2019 versi App Annie.

Namun, bukan berarti WhatsApp populer di setiap negara. Di Amerika Serikat misalnya, banyak pengguna yang menggunakan aplikasi pesan instan lain, seperti iMessage Apple.

WhatsApp sendiri kerap kali mengagungkan sistem enkripsi end-to-end yang digunakan sebagai keunggulan platformnya. Mereka mengklaim tidak ada pihak ketiga yang bisa membaca pesan, termasuk pihak WhatsApp sendiri, kecuali si penerima dan pengirim.

Baca juga: Trik Tersembunyi untuk Mematikan Sementara WhatsApp

"Enkripsi yang kuat adalah keniscayaan di kehidupan modern. Kami tidak akan berkompromi pada keamanan karena hal itu akan membuat orang menjadi tidak aman," tulis WhatsApp seperti dikutip KompasTekno dari blog resminya, Minggu (1/11/2020).

Lebih lanjut, WhatsApp juga mengatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan ahli keamanan dan menerapkan teknologi canggih untuk menghentikan penyalahgunaan platform.

"WhatsApp didirikan untuk menciptakan layanan yang sederhana, terpercaya, dan privat. Saat ini kami masih menggunakan komitmen yang sama, untuk membantu menghubungkan dunia secara privat dan melindungi komunikasi personal bagi dua miliar pengguna kami," tulis WhatsApp.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com