Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kicauan Twitter Berisi Misinformasi Bakal Lebih Sulit Di-"retweet"

Kompas.com - 10/11/2020, 12:19 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

Sumber TechCrunch

KOMPAS.com - Twitter semakin gencar mencari cara membasmi misinformasi. Sejauh ini, Twitter melabeli semua twit, terutama dari para petinggi negara, yang mengandung informasi yang kurang lengkap atau keliru.

Kini, Twitter menambah kemampuan fitur label misinformasi tersebut dengan sedikit mengubah cara like (sukai) dan twit ulang (retweet).

Ketika me-retweet atau menyukai twit yang telah dilabeli sebagai twit berisi misinformasi, akan muncul sebuah peringatan bahwa twit mengandung informasi tak lengkap atau keliru, bunyinya "sumber resmi mungkin tidak disebutkan ketika twit ini dibuat".

Baca juga: Twit Protes Pilpres AS Trump Ditandai dan Disembunyikan Twitter

Perubahan ini pertama kali ditemukan Jane Manchun Wong yang memang kerap mengoprek fitur baru di media sosial untuk menemukan bakal fitur baru. Meski disodori peringatan, pengguna tetap bisa me-retweet atau menyukai twit, walaupun tidak semudah cara biasanya.


Dirangkum dari Tech Crunch, Selasa (10/11/2020), perubahan fitur ini masih dalam tahap pengembangan. Namun, KompasTekno telah mendapati perubahan itu untuk retweet via Twitter versi desktop. Perubahan yang sama belum ditemukan di Twitter versi mobile.

KompasTekno juga menemukan peringatan lain di salah satu twit Presiden ke-45 AS Donald Trump yang berbunyi "klaim tentang penipuan pemilu telah dibantah", seperti tampak dalam gambar di bawah.

Peringatan muncul sebelum me-retweet twit yang dilabeli sebagai unggahan misinformasi.Twitter Peringatan muncul sebelum me-retweet twit yang dilabeli sebagai unggahan misinformasi.

Artinya, perubahan berupa peringatan saat akan like atau retweet kicauan yang mengandung misinformasi kemungkinan akan segera digulirkan ke pengguna secara meluas.

Perubahan selama pemilu AS

Ini bukan kali pertama Twitter mengubah cara retweet. Pertengahan Oktober lalu, Twitter juga telah mengubah cara mengicaukan ulang. Tidak hanya twit dari petinggi negara atau yang dilabeli sebagai twit misinformasi, tetapi berlaku untuk semua twit dari siapa pun.

Pengguna Twitter harus mengosongkan kutipan twit (quote tweet) lebih dulu untuk me-retweet. Dengan menambah langkah ekstra itu, Twitter berharap pengguna bisa berpikir lebih panjang dan lebih bijak tentang apa yang akan mereka twit ulang.

Baca juga: Hak Spesial Donald Trump di Twitter Bakal Dicabut jika Kalah Pemilu

Perubahan ini diterapkan selama masa Pemilu Presiden AS. Dari pengamatan KompasTekno, cara me-retweet sudah kembali seperti semula untuk versi mobile, yakni pengguna cukup menekan opsi retweet tanpa muncul kolom kutipan.

Namun, untuk versi web, masih belum ada tanda kembali seperti semula. Saat pemilihan presiden AS 2020, Twitter juga merilis serangkaian kebijakan khusus untuk menangkal penyebaran misinformasi.

Di antaranya lebih agresif memberikan peringatan dan pembatasan pada twit yang diunggah tokoh politik AS, termasuk para kandidat dan akun kampanye. Begitu pula dengan akun-akun yang memiliki engagement tinggi dan dinilai berpengaruh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber TechCrunch


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com