Pihak Twitter sendiri menyadari adanya pro-kontra tersebut. Dalam sebuah kicauan, Twitter mengatakan bahwa, meski ada yang bereaksi negatif, nyatanya para pengguna tetap banyak mengunggah Fleets.
S. Shyam Sundar, Professor of Media Effects dari Media Effects Research Laboratory, Pennsylvania State University, mengatakan bahwa resistensi terhadap Fleets mungkin hanya reaksi awal saja dari para pengguna Twitter atas perubahan platform yang biasa dipakai.
some of you hating...
but we see you Fleeting ????
— Twitter (@Twitter) November 17, 2020
"Perubahan semacam ini bisa dibilang mengurangi keunikan platform tersebut untuk mereka, atau identitas mereka sebagai pengguna Twitter," ujar Sundar, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari NBC News, Jumat (20/11/2020).
Seiring waktu, bukan tidak mungkin fitur ini nantinya bakal lebih disukai dan lebih banyak digunakan. Twitter sendiri agaknya hendak melebarkan cakupan audiensnya dengan menghadirkan Fleets.
Baca juga: Kicauan Twitter Berisi Misinformasi Bakal Lebih Sulit Di-retweet
Fitur ini sebelumnya sudah pernah diuji coba secara terbatas di Brazil, Italia, India dan Korea Selatan. Dari situ, Twitter berkesimpulan bahwa Fleets membantu para penggunanya bergabung dalam percakapan yang ada,
"Dengan Fleets, kami melihat bahwa orang-orang menjadi lebih banyak bicara di Twitter. Para pengguna baru merasa bahwa Fleets merupakan sarana yang lebih mudah untuk berbagi pikiran," tulis Twitter di posting blog resminya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.