Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indosat-Tri Siap Merger, Peluang Indonesia untuk "Buyback" Makin Kecil

Kompas.com - 29/12/2020, 15:33 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rencana merger dua operator seluler, Indosat Ooredoo dan Tri Indonesia semakin mendekati kenyataan.

Saat ini pemegang saham kedua perusahaan tersebut, yakni CK Hutchison Holding Ltd ( Tri (3) Indonesia) dan Ooredoo Q.P.S.C (Indosat Ooredoo) telah resmi meneken memorandum of understanding (MoU) eksklusif dan tidak terikat hukum.

Potensi konsolidasi ini dinilai akan semakin memperkecil peluang pemerintah untuk membeli kembali PT Indosat (buyback) dari perusahaan asal Qatar itu.

"Makin jauh karena (menjual Indosat) bukan prioritas, hanya kebanggaan (memiliki saham) saja," kata pengamat telekomunikasi, Moch S. Hendrowijono.

Apabila merger terjadi, lanjut Hendro, saham Indosat bisa naik. Saat ini, Oooredoo menjadi pemegang saham mayoritas di Indosat.

Menurut catatan bursa efek Indonesia, Ooredoo memiliki 3.532.056.600 lembar saham dengan persentase 65 persen.

Angka tersebut jauh lebih tinggi dari saham yang dipegang oleh pemerintah Indonesia, sebanyak 776.625.000 lembar saham dengan persentase 14,29 persen. Sisanya, yakni 20,71 persen dipegang oleh publik.

"Mestinya (saham pemerintah di Indosat) terdilusi sesuai besaran Tri Indonesia yang disepakati. Pastinya berkurang secara persentase," ujar Hendro.

Kendati demikian, saat ini Indosat dan Tri Indonesia masih dalam tahap penjajakan yang akan membahas masalah soal besaran saham setelah merger.

Dalam pembicaraan tersebut, mestinya harus melibatkan pemegang saham lain, seperti pemerintah Indonesia sebagai pemegang saham Indosat atau PT Tiga Telekomunikasi yang terafiliasi dengan pengusaha Garibaldi Thohir sebagai pemegang saham di Tri Indonesia.

"Ekor-ekor dari merger bisa diselesaikan dengan baik yang seharusnya tanpa campur tangan pemerintah," jelas Hendro.

Baca juga: Penjajakan Merger Indosat dan Tri Resmi Diteken

Isu buyback Indosat kerap kali menyeruak. Hampir setiap pemilihan presiden (pilpres), isu buyback Indosat selalu muncul. Terakhir pada pemilihan presiden 2019 lalu, calon wakil presiden Sandiaga Uno sempat melempar wacana akan membeli kembali Indosat dari Ooredoo.

Janji yang sama juga sempat diucapkan Joko Widodo saat kampanye pilpres tahun 2014 lalu.
Jokowi sendiri disebut pernah mengupayakan buyback sejak tahun 2018 lalu.

Baca juga: CEO Indosat Sarankan Pemerintah Tunda Rencana Buyback Indosat

Mantan CEO dan Presiden Direktur Indosat Ooredoo, Chris Kanter pernah mengatakan kepada Presiden Jokowi untuk menunda buyback Indosat dari Qatar Telcom selaku pemilik Ooredoo.

Saat itu, kepada Jokowi, Chris menjelaskan bahwa harga Indosat tetap di atas pasar meskipun Qatar Telcom memberikan diskon.

Ooredoo merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi internasional besar yang saat ini beroperasi di 12 negara yang mencakup wilayah Afrika Utara, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.

Menurut laporan Bloomberg, nilai saham Indosat meningkat sekitar 90 persen tahun ini, dan menghasilkan valuasi sebesar 2,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 31,3 triliun (kurs Rp 14.100).

Indosat menyumbang 23 persen dari total pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Ooredo pada tahun 2019. Hingga akhir September, Indosat mencatat jumlah pengguna sebesar 60,4 juta di Indonesia.

Baca juga: Kominfo Tanggapi Rencana Merger Tri dan Indosat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com