Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas, Ada Penipuan Berkedok Akun Layanan Konsumen di Medsos

Kompas.com - 07/01/2021, 11:52 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hati-hati saat mengadukan keluhan ke layanan pelanggan lewat media sosial.
Sebab, saat ini mulai banyak kasus penipuan dengan modus mengaku sebagai akun sebuah layanan pelanggan lembaga resmi.

Akun abal-abal itu bisa menggunakan nama yang sangat identik dengan akun resminya, sehingga rawan mengecoh korban. Seorang pengguna medos bernama Kiki, misalnya, mengalami hal tersebut ketika hendak mengadukan layanan BPJS lewat Twitter.

Dalam aduannya, Kiki menyebut (mention) akun @BPJSKesehatanRI yang merupakan akun resmi BPJS. Kemudian, admin @BPJSKesehatanRI memintanya mengirimkan informasi melalui pesan langsung (DM).

Di saat yang bersamaan, akun lain, yakni @BpjsRi me-retweet dengan komentar (retweet with quote) twit aduan dari Kiki. Padahal, dia tidak menyebut akun tersebut saat mengunggah aduan.

Baca juga: Awas, Ada Bahaya Tersembunyi di Balik Akun Google Drive Murah

Dalam retweet-nya, akun @BpjsRi memberikan tautan nomor WhatsaApp untuk menawarkan "bantuan". "Menurut saya, seperti otomatis mention lalu ke retweet (twit aduan)" duga Kiki ketika menceritakannya kepada KompasTekno melalui pesan singkat, Rabu (6/1/2021).

Ketika akun resmi @BPJSKesehatanRI tak kunjung membalas pesan langsung dari Kiki, dia pun tergiur untuk mencoba nomor WhatsApp dari @BpjsRi -yang ternyata merupakan akun abal-abal- agar proses aduan bisa segera diselesaikan.

"Bahasanya sama persis dengan layanan biasanya, kemudian (akun abal-abal) meminta saya menunggu, akan ada nomor layanan yang telepon ke hape saya," kicaunya.

Tak lama kemudian Kiki mendapat telepon dari pihak tak dikenal yang mengaku dari BPJS. Singkat cerita, sang penipu mengatakan bahwa rekening yang digunakan Kiki bermasalah dan meminta Kiki untuk mengirimkan foto kartu ATM.

Orang tersebut juga meminta kode OTP yang dikirimkan lewat SMS. Tidak cukup sampai di situ, si penipu juga meminta nomer rekening lainnya.

"Saya daftarkanlah ATM suami saya. Dan lagi-lagi minta foto (bagian) depan (kartu) ATM, nomer rekening, dan kode OTP. Di sini saya mulai kaget soalnya keluar notifikasi SMS kalau saldo keluar," kata Kiki.

Kiki mengatakan, uang dari rekeningnya dan rekening suami ternyata ditransfer ke akun dompet digital pelaku penipuan. Kerugian yang dialami sekitar Rp 1,2 juta. Kiki pun segera sadar bahwa dirinya telah ditipu dan mencoba menyudahi telepon dari penipu.

Baca juga: Heboh Penipuan Grab Toko, Konsumen Kehilangan Uang sampai Rp 23 Juta

Kasus serupa juga pernah dialami Syaffa, salah satu pengguna Bank BNI saat mengadukan masalahnya ke akun Twitter @BNI.

"Terus ada balasan cepat dari akun yang mengatasnamakan BNI, mengarahkan saya untuk menghubungi via Whatsapp Live Chat," kata Syaffa kepada KompasTekno.

Sayangnya, Syaffa tidak mengingat akun abal-abal yang coba menipunya. Seperti yang dialmi Kiki, Syaffa juga diminta oleh si penipu untuk mengirimkan foto bagian depan ATM dan kode OTP. Beruntung, ponsel yang digunakan untuk SMS sedang tidak dinyalakan.

"Jadi belum sempat saya lihat. Terus saya sadar kalo ternyata CS (customer service)-nya menggunakan panggilan "kak", padahal kan kalau resmi pasti Bapak/Ibu," kata Syaffa. Tepat setelah ia menyadari bahwa sedang ditipu, Syaffa lantas menutup telepon dari penipu.

Terjadi juga di Instagram

Terkait masalah ini, Kepala Humas BPJS Kesehatan, M. Iqbal Anas Ma'ruf mengimbau agar peserta BPJS menggunakan kanal-kanal layanan pelanggan yang terverifikasi, ditandai dengan centang biru.

Sebab, melaporkan aduan ke akun yang tidak terverifikasi berpotensi disalahgunakan oleh pihak tak bertanggung jawab. Iqbal mengatakan pihaknya tidak menarik biaya apapun untuk proses administrasi.

"Jadi dipastikan penipuan jika ada permintaan OTP, transfer ke rekening dll," jelas Iqbal melalui pesan singkat.

Baca juga: Cegah Penipuan SIM Swap yang Dialami Ilham Bintang, Operator Diminta Terapkan PIN

Kejadian ini, menurut Iqbal tidak hanya terjadi di Twitter, namun juga di media sosial lain seperti Instagram. Iqbal juga mengatakan telah melaporkan akun abal-abal tersebut ke penyedia platform.

Saat ditelusuri KompasTekno, akun @BpjsRi yang mengecoh Kiki sudah tidak bisa lagi dtemukan saat ini.

Memanfaatkan mention akun resmi

Praktisi keamanan siber dari Vaksin.com, Alfons Tanujaya mengatakan bahwa penipu sekarang cukup lihai memanfaatkan kesusahan pelanggan yang me-mention akun layanan resmi. Pelakunya menggunakan nama akun yang sangat mirip dan meyakinkan.

"Ada baiknya aduan dilakukan ke akun resmi dan ketika di kontak harus memastikan kalau memang yang melakukan kontak adalah organisasi yang valid dan bukan abal-abal," kata Alfons.

Pelanggan, imbuh Alfons, harus lebih berhati-hati, apalagi ketika pihak tersebut meminta identitas diri, seperti KTP atau foto kartu ATM.

Baca juga: 5 Tips Hindari Penipuan Modus Pencurian OTP

Menurut Alfons, pihak penyedia jasa seperti BPJS atau perbankan sudah memiliki informasi atas penggunanya sehingga tidak perlu meminta lagi ke pengguna saat mereka mengajukan aduan.

Sementara itu, untuk penyedia jasa, Alfons meminta agar bisa memantau akun aduan resmi yang mereka kelola, sehingga bisa langsung merespons keluhan pengguna. "Sehingga tidak terjadi hal seperti penipuan tadi," kata Alfons.

Penyedia jasa juga harus memastikan jangan sampai akun aduan resmi yang tidak aktif atau diambil alih pihak yang tak berhak.

Sebab, celah penyalahgunaan akan semakin terbuka. Apabila akun jatuh di tangan pihak yang tak bertanggung jawab dan sampai jatuh korban, penyedia jasa juga punya andil secara tidak langsung atas penipuan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com