Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengiriman Smartphone Bekas Dunia Naik, Tembus 225 Juta Unit

Kompas.com - 11/01/2021, 16:29 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Sumber IDC

KOMPAS.com - Pasaran smartphone bekas secara global terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Setidaknya begitulah hasil proyeksi yang secara rutin dipublikasi oleh firma riset International Data Corporation (IDC).

Dalam laporan teranyarnya bertajuk Worldwide Used Smartphone Forecast 2020–2024, IDC melaporkan bahwa pengiriman smartphone bekas secara global diperkirakan mencapai 225,4 juta unit pada 2020 lalu.

Jumlah itu mengalami peningkatan 9,2 persen bila dibandingkan dengan 2019, yang hanya 206,5 juta unit, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari situs IDC, Minggu (10/1/2021).

Baca juga: Minat Beli Ponsel Bekas, Perhatikan Hal-hal Ini

Pasar ponsel bekas ini juga dipredikasi akan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang.

Pada tahun 2024 mendatang, IDC memperkirakan pasaran smartphone bekas akan mencapai 351,6 juta unit dengan nilai pasar mencapai 65 miliar dollar AS (sekitar Rp 918,7 triliun).

Sebagai informasi, ponsel bekas yang masuk dalam kategori IDC adalah perangkat yang sudah pernah dipakai (second-hand) dan ponsel second yang direkondisi (refurbished) resmi oleh pabrikan.

Menurut manajer riset IDC, Anthony Scarsella, salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan pasar ponsel bekas selama ini tak lain ialah karena perkembangan teknologi smartphone yang berubah dengan cepat.

Dengan munculnya smartphone baru yang dibekali dengan teknologi paling mutakhir, mendorong para pengguna ingin terus meningkatkan performa ponselnya, dan berganti ke yang lebih baru.

Baca juga: Bisnis Ponsel Bekas Tumbuh Lebih Besar dari Ponsel Baru

Menurut Scarsella, kenaikan 9,2 persen ini juga didorong oleh kondisi pasar yang sudah matang, sehingga para vendor smartphone mampu memberikan subsidi bagi pengguna yang ingin menukarkan ponsel lamanya dengan yang baru.

Misalnya, para vendor-vedor ponsel besar seperti Apple, Samsung, dan Huawei telah menyediakan fasilitas tukar-tambah bagi para pelanggannya yang ingin membeli smartphone keluaran terbaru dengan harga yang lebih murah.

Di samping itu, ponsel rekondisi maupun bekas ini juga menjadi pilihan alternatif bagi konsumen maupun pelaku bisnis, untuk membeli perangkat dengan harga lebih murah ketimbang ponsel baru.

"Bagi konsumen maupun pelaku bisnis yang ingin menghemat uang saat membeli smartphone, perangkat rekondisi dan bekas ini memberikan alternatif yang lebih murah," kata Scarsella.

iPhone 7 Plus varian warna gold 128 GB yang ditunjukkan ke KompasTekno oleh salah satu pedagang di pusat perbelanjaan ITC Kuningan, Jakarta, Rabu (21/9/2016). iPhone 7 dan iPhone 7 Plus yang beredar di sini merupakan barang non-resmi.Oik Yusuf/ KOMPAS.com iPhone 7 Plus varian warna gold 128 GB yang ditunjukkan ke KompasTekno oleh salah satu pedagang di pusat perbelanjaan ITC Kuningan, Jakarta, Rabu (21/9/2016). iPhone 7 dan iPhone 7 Plus yang beredar di sini merupakan barang non-resmi.

Baca juga: Jepang Buat Medali Olimpiade 2020 dari Ponsel Bekas

Menurut Scarsella, pengapalan ponsel rekondisi dan bekas ini juga mendorong para vendor untuk bisa mengembangkan merek serta ekosistem aplikasi, layanan, dan aksesori mereka.

Tahun lalu, Scarsella juga mengatakan bahwa pasaran ponsel bekas akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan, apalagi dengan semakin maraknya peredaran smartphone 5G.

Sebab, ketimbang membeli smartphone 5G yang saat ini masih terbilang cukup mahal, konsumen disebut akan lebih memilih membeli perangkat 5G bekas untuk sekadar menikmati akses internet yang lebih ngebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber IDC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com