Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset: Smartwatch Bisa Bantu Deteksi Dini Covid-19

Kompas.com - 20/01/2021, 16:02 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

Sumber Gizmochina

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang merebak di dunia belum kunjung usai. Selama pandemi, berbagai pihak bekerja keras untuk menciptakan vaksin hingga membuat terobosan-terobosan baru untuk mendeteksi virus Covid-19 secara dini.

Begitu juga yang dilakukan oleh rumah sakit Mount Sinai dan Universitas Stanford, Amerika Serikat. Melalui dua riset terpisah, keduanya menemukan bahwa jam tangan pintar alias smartwatch dapat digunakan untuk mendeteksi virus Covid-19 secara dini.

Perangkat wearable ini memang kerap dibekali dengan fitur-fitur pendeteksi kegiatan, termasuk aktivitas olahraga, detak jantung, kadar oksigen dalam tubuh, pelacakan waktu tidur, hingga pendeteksi jatuh.

Dengan bantuan data yang dihimpun dari smartwatch, dua penelitian terpisah mengungkapkan bahwa perubahan detak jantung seseorang dapat menjadi tanda utama bahwa seseorang telah terinfeksi Covid-19.

Perubahan detak jantung

Penelitian Mount Sinai melibatkan 300 pekerja medis yang menggunakan Apple Watch selama 153 hari, sejak April hingga September 2020.

Hasil penelitian mengungkapkan Apple Watch dapat mendeteksi perubahan halus pada detak jantung seseorang ketika seseorang diyakini sudah terinfeksi virus Covid-19.

Perubahan detak jantung ini terjadi tujuh hari sebelum partisipan mulai merasakan gejala atau melakukan tes.

Lantas bagaimana cara peneliti mengujinya? Peneliti dari Mount Sinai secara spesifik menguji variabilitas detak jantung partisipan, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari GizmoChina.

Variabilitas detak jantung ialah variasi waktu antara detak jantung seseorang, yang mana merupakan indikator seberapa baik sistem kekebalan tubuh seseorang bekerja.

Dari data yang dikumpulkan, peneliti menemukan bahwa partisipan yang negatif Covid-19 akan memiliki variabilitas detak jantung yang tinggi. Sedangkan partisipan yang positif Covid-19 akan memiliki variabilitas detak jantung yang lebih rendah.

"Kami tahu bahwa variabilitas detak jantung berubah seiring adanya peradangan dalam tubuh, dan Covid termasuk peradangan yang luar biasa," kata Rob Hirten, asisten profesor kedokteran di Mount Sinai, sebagaimana dihimpun dari CBS News.

Baca juga: Smartwatch Bisa Cek Oksigen Darah untuk Deteksi Happy Hipoxia, Akuratkah?

Berbeda dengan Mount Sinai, penelitian dari Universitas Stanford berfokus menguji detak jantung istirahat partisipan. Detak jantung istirahat (resting heart rate) ini adalah kondisi detak jantung seseorang dalam keadaan tidak berolahraga.

Studi ini menganalisis 32 partispan yang positif Covid-19. Sebenarnya penelitian ini sendiri melibatkan hingga 5.000 partisipan yang menggunakan berbagai merek smartwatch dari brand Apple, Garmin, Fitbit, dan lainnya.

Dari hasil analisis, peneliti menemukan bahwa 81 persen partisipan yang positif Covid-19 mengalami peningkatan detak jantung istirahat (resting heart rate) selama sembilan hari penuh sebelum gejala awal muncul.

Melalui studi ini, peneliti dari Univesitas Stanford berhasil mengindentifikasi 66 persen kasus Covid-19 empat hingga tujuh hari sebelum partisipan menunjukkan gejala.

Baca juga: Pantau Persebaran Virus Corona Lewat Peta Online Ini

Halaman:
Sumber Gizmochina
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com