Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Urutan Alfabet, Ini Alasan Keyboard Pakai Susunan QWERTY

Kompas.com - Diperbarui 14/08/2021, 08:55 WIB
Bill Clinten,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

Sumber Forbes,

Meskipun memiliki susunan huruf yang sama, ada sejumlah perbedaan ada keyboard QWERTY orisinal yang dipatenkan Sholes dengan keyboard QWERTY masa kini.

Apabila menilik gambar ilustrasi di atas, keyboard QWERTY Sholes tak memiliki angka "0" dan "1". Kemudian, huruf "X" dan "C" juga diposisikan terbalik. Selain itu, huruf "M" juga diletakkan di sebelah huruh "L", bukan huruf "N" seperti keyboard modern.

Bukan hanya QWERTY

Meski terlihat modern dan banyak diadopsi, keyboard QWERTY ternyata tidak sendirian. Pada 1930-an, seorang psikolog bernama August Dvorak memperkenalkan sebuah alternatif layout papan ketik baru yang dijuluki "Dvorak".

Baca juga: Google Perkenalkan Keyboard Braille di Android untuk Tunanetra

Keyboard ini disusun sedemikian rupa agar jari-jari pengguna bisa dengan mudah menjangkau huruf yang sering digunakan, seperti berbagai huruf vokal "A", "I", "U", "E", dan "O".

Berbagai karakter ini dideretkan di baris tengah keyboard, atau biasa disebut area home key. Menurut riset yang dilakukan oleh Dvorak sendiri, susunan keyboard ini bisa membantu pengguna mengetik lebih efisien.

Susunan keyboard Dvorak.Medium Susunan keyboard Dvorak.

Selain Dvorak, ada pula susunan papan ketik yang bernama "QWERTZ" hingga "AZERTY".

Keyboard QWERTZ, yang lumrah dipakai di Jerman, memindahkan posisi huruf "Z" ke huruf "Y". Kemudian, papan ketik AZERTY, yang biasa dipakai di Perancis, memindahkan huruf "A" dan "Z" ke atas, menggantikan posisi "Q" dan "W".

Baca juga: Logitech Rilis Keyboard Mekanik K845 dengan Backlight

Kendati masih dipakai, layout keyboard Dvorak, QWERTZ, hingga AZERTY tampaknya belum bisa mengalahkan popularitas QWERTY sampai sekarang, kecuali di negaranya masing-masing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Forbes,
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com