Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesaing Berat WhatsApp Bukan Telegram atau Signal, Menurut Zuckerberg

Kompas.com - 02/02/2021, 08:09 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - WhatsApp belakangan ini memang membuat heboh para penggunanya terkait pembaruan syarat layanan dan kebijakan privasi aplikasinya.

Salah satu poin yang memantik kekhawatiran pengguna ialah soal berbagi data antara WhatsApp dan perusahan induknya, Facebook.

Walaupun sempat mengeluarkan klarifikasi soal pembaruan tersebut, sejumlah pengguna WhatsApp yang telanjur khawatir soal keamanan data dirinya memilih untuk migrasi ke aplikasi perpesanan instan lainnya, seperti Telegram dan Signal.

Pamor WhatsApp pun ikut turun. Ketika menggulirkan kebijakan baru di awal Januari 2021, firma riset aplikasi Sensor Tower melaporkan, jumlah unduhan WhatsApp justru menurun sekitar 11 persen.

Baca juga: Tinggalkan WhatsApp, Lebih Baik Pilih Signal atau Telegram?

Firma riset aplikasi App Annie juga melaporkan terjadi penurunan peringkat WhatsApp di daftar aplikasi terpopuler, baik di Android maupun iOS.

Berbanding terbalik, Telegram dilaporkan kebanjiran pengguna baru. Bahkan, CEO Telegram Pavel Durov menyatakan bahwa pengguna Telegram sudah tembus lebih dari 500 juta pengguna pada minggu pertama Januari 2021.

"Telegram melampaui 500 juta pengguna aktif bulanan, yang mana 25 juta pengguna baru di antaranya bergabung ke Telegram dalam 72 jam terakhir," tulis Durov di channel Telegram-nya. Signal juga dilaporkan ikut mendapatkan 100.000 pengguna baru kala itu.

Kendati demikian, Mark Zuckerberg yang notabene pemilik Facebook dan WhatsApp justru terkesan tidak "terganggu" dengan keuntungan yang didapatkan oleh dua aplikasi saingan WhatsApp tersebut.

Baca juga: Apa Itu WhatsApp GB yang Ramai Dibicarakan di Twitter?

Belakangan, pendiri sekaligus CEO Facebook itu mengaku justru lebih khawatir dengan Apple. Padahal, keduanya memiliki inti bisnis yang berbeda. Apple berfokus pada bisnis gadget dan komputer, sedangkan Facebook bergerak di bidang jejaring sosial.

Khawatir dengan iMessage

Usut punya usut, ternyata salah satu alasan utama Zuck lebih dibuat cemas oleh Apple ialah karena aplikasi pesan instan bawaan perangkat Apple, iMessage.

Bukan Telegram dan Signal, Zuck justru memandang iMessage sebagai pesaing utama WhatsApp.

Tampilan iMessageApple Tampilan iMessage
Sebab, Whatsapp tidak begitu mendapatkan tempat di hati orang-orang AS karena mereka lebih suka menggunakan aplikasi pesan instan bawaan di  smartphone mereka, seperti iMessage. Baca juga: Mengapa Orang Amerika Serikat Jarang Pakai WhatsApp?

Karena iPhone sudah dibekali dengan iMessage, pengguna tidak perlu repot-repot lagi untuk mengunduh aplikasi pesan instan lainnya di App Store dan mendaftarkan akun baru.

"iMessage sudah terpasang di setiap iPhone. Itulah sebabnya iMessage jadi layanan pesan instan paling banyak digunakan di AS," kata Zuckerberg dalam paparan kinerja perusahaan kuartal keempat 2020, dihimpun KompasTekno dari India Today, Senin (1/2/2021).

Baca juga: Membandingkan Keamanan WhatsApp dan iMessage yang Ditakuti Zuckerberg

Sebagaimana yang dilaporkan CEO Apple Tim Cook, ada lebih dari satu miliar perangkat iPhone yang aktif di seluruh belahan dunia saat ini. Tak mengherankan, iMessage tampil menjadi pesaing terdekat WhatsApp.

Padahal, Zuck mengeklaim bahwa kebijakan privasi WhatsApp lebih andal dibandingkan iMessage. Ia menyebut fitur enkripsi end-to-end milik WhatsApp membuatnya "jelas lebih unggul" dari iMessage.

"Saya ingin menekankan bahwa kami semakin melihat Apple sebagai salah satu pesaing terbesar kami. iMessage adalah kunci utama ekosistem mereka," ungkap Zuckerberg.

Baca juga: 4 Cara WhatsApp Yakinkan Aplikasinya Aman Dipakai

Kebijakan privasi baru Apple

Selain iMessage, Zuck juga semakin dibuat cemas oleh kebijakan privasi baru Apple pada sistem operasi iOS 14 pada iPhone dan iPad. Dalam kebijakan baru ini ada pembaruan yang disebut dengan App Tracking Transparency atau fitur anti-pelacakan iklan.

Setiap pengembang aplikasi pun harus meminta izin pengguna iPhone dan iPad untuk melacak aktivitas mereka, termasuk saat melacak aktivitas pengguna untuk tujuan periklanan.

Baca juga: Facebook Akui Kesulitan Lacak Pengguna untuk Iklan di iOS 14

Prompt berisi pilihan menjaga privasi di iOS 14, yang menjadi poin keberatan Facebook atas kebijakan Apple. Apple Prompt berisi pilihan menjaga privasi di iOS 14, yang menjadi poin keberatan Facebook atas kebijakan Apple.
Pengguna nantinya dapat memilih untuk mengizinkannya atau tidak.

Perubahan tersebut lantas menyulitkan Facebook dalam menyalurkan iklan yang menjadi bisnis utamanya sehingga berpotensi kehilangan pendapatan.

Raksasa jejaring sosial itu berulang kali memprotes kebijakan Apple di iOS 14.

Sembari memprotes, Facebook juga menuding perubahan kebijakan privasi Apple di iOS 14 bakal "sangat menyulitkan pelaku usaha kecil" dan akan "mengubah internet yang selama ini kita ketahui".

Setelah perdebatan alot, Facebook akhirnya terpaksa tunduk pada aturan tersebut. Keputusan ini diambil Facebook semata-mata agar aplikasinya tidak diblokir dari toko iOS App Store, yang tentunya akan mendatangkan kerugian besar bagi perusahaan.

Baca juga: CEO Apple Tanggapi Tudingan Facebook

Zuck menuding bahwa Apple memanfaatkan posisi mereka yang dominan untuk mengganggu cara kerja Facebook dan aplikasi lainnya.

"Ini berdampak pada pertumbuhan jutaan bisnis di seluruh dunia," kata Zuckerberg sebagaimana dikutip KompasTekno dari India Today, Selasa (2/2/2021).

Fitur keamanan tersebut mulanya direncanakan untuk meluncur pada September 2020. Namun, Apple memutuskan untuk mengundur jadwal peluncurannya hingga musim semi 2021, atau antara bulan Maret hingga Mei mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com