Hal tersebut, menurut Sadler, dapat mempermudah pekerjaan para peretas untuk mengumpulkan data pengguna dan menyalahgunakan informasi tersebut.
Terlalu banyak membagikan informasi ke media sosial bisa dikategorikan sebagai perilaku oversharing. Selain membuat tidak nyaman bagi pengguna lain, oversharing di media sosial bisa membahayakan diri atau orang lain secara tidak langsung.
Menurut Denley, informasi pribadi pengguna media sosial sejatinya bisa tetap didapatkan peretas sekalipun si pemilik informasi tidak membagikannya secara publik.
Caranya adalah dengan menelusuri dan megidentifikasi target lewat orang sekitarnya dan kemudian meniru identitas mereka untuk menipu target.
Metode kejahatan siber yang dipakai biasanya berupa rekayasa sosial atau manipulasi psikologi. Praktik rekayasa sosial yang umum terjadi adalah, hacker menyamar sebagai orang terdekat target.
Kemudian, dia akan menipu dengan mengiba meminta bantuan berupa kiriman uang. Bisa juga hacker melakukan phishing dengan mengirimkan e-mail ke target berisi tautan atau lampiran yang apabila dibuka, data sensitif pengguna terancam diambil atau disandera.
Minimnya kewaspadaan digital menjadi faktor penting bagaimana serangan rekayasa sosial bisa terjadi.
Baca juga: Temukan Celah Keamanan, Hacker Dapat Uang Rp 4,2 Miliar dari Apple
Menurut laporan Tessian, hanya 54 persen responden pekerja yang memperhatikan betul siapa pengirim e-mail dan kurang dari setengahnya, mau mengecek legitimasi tautan atau lampiran sebelum merespons atau melakukan tindakan pada e-mail yang diterima.
Fakta itu cukup mengkhawatirkan, sebab Tessian menemukan 88 persen responden menerima e-mail mencurigakan sepanjang 2020.
"Ingatlah bahwa hacker tidak punya apapun selain waktu di tangannya. Kita harus membantu orang-orang agar paham bagaimana informasi mereka bisa digunakan untuk menyerang mereka sendiri lewat serangan phishing jika kita semua ingin menghentikan aksi hacker untuk meretas manusia" imbuh Sadler.
Coba ingat kembali, apa saja yang sering Anda bagikan ke media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, atau WhatsApp Status?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.