Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Australia Terancam Hidup Tanpa Google Search

Kompas.com - 15/02/2021, 07:09 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Google juga menolak model arbitrase penawaran akhir, yang menentukan besaran biaya yang harus dibayarkan ke media.

Sementara itu, Facebook juga mengatakan tidak bisa menghentikan orang Australia berbagi berita di platformnya jika undang-undang itu diberlakukan. Facebook juga mengatakan hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Sebagai informasi, total output ekonomi Australia kurang dari nilai kapitalisasi Alphabet yang mencapai 1,4 triliun dolar AS, atau sekitar Rp 19,5 triliun (kurs Rp 14.000).

Jadi cukup mengejutkan, bagaimana bisa perusahaan yang seharusnya berada di bawah level negara, tiba-tiba menjadi sangat dibutuhkan.

Menjadi preseden global

Google dan Facebook tetap tidak ingin aturan itu disahkan karena bisa menjadi preseden global. Alphabet, induk Google sendiri adalah perusahaan raksasa yang menguasai periklanan digital di seluruh dunia.

Baca juga: Facebook Mulai Batasi Konten Politik di Indonesia, Apa Dampaknya bagi Pengguna?

Jika Google mundur dari Australia, dampak dari undang-undang News Media Bergaining Code Law akan menjadi contoh yuridiksi bagi negara lain seperti Kanada dan Uni Eropa. Sejauh ini, kedua belah pihak masih berusaha untuk berdialog.

CEO kedua perusahaan, yakni Sundar Pichai dan Mark Zuckerberg konon masih berdiskusi dengan Perdana Menteri Australia Scott Morrison atau menteri terkait melalui sambungan telepon.

Morisson mengatakan pertemuan jarak jauhnya dengan para petinggi perusahaan teknologi berjalan konstruktif dan "harus memberikan dorongan yang besar bagi mereka untuk terlibat dalam proses".

Google tidak memberikan komentar untuk pertemuan tersebut. Tapi sebelumnya, Google menyodorkan alternatif untuk memberikan kompensasi ke perusahaan media melalui produk News Showcase. Melalui produk tersebut, Google akan membayar media-media terpilih untuk mengkurasi konten.

Pesaing siap ambil alih

Absennya Google di Australia bisa jadi celah bagi pesaingnya, seperti Bing dan DuckDuckGo, yang susah payah menggeser dominasi Google sebagai gerbang situs web. Para kompetitor ini bisa memanfaatkan kesempatan emas itu untuk membuat pijakan awal menuju level global.

Bahkan, Microsoft sudah bergerilya untuk memanfaatkan peluang. Presiden Microsoft, Brad Smith, mengatakan akan berinvestasi demi memastikan Bing bisa sebanding dengan pesaingnya.

Baca juga: Google Tak Lagi Jadi Mesin Pencari Utama di Ponsel Android di Eropa

Dalam sebuah blog, Smith juga mengatakan bahwa Amerika seharusnya mengadopsi undang-undang Australia yang sedang diperselisihkan.

Sementara itu, Partai Hijau (Australian Green party) mengusulkan agar pemerintah membuat search engine non-profit sendiri, ketimbang membuka pintu bagi perusahaan asing lainnya.

"Kita tidak seharusnya mencari perusahaan raksasa asing lainnya untuk mengisi kekosongan ini (Google)," kata senator Sarah Hanson-Young.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com