Alasan ketiga, Durov mengatakan Telegram akan memperbaiki sistem iklan yang sudah ada di Telegram saat ini.
"Di banyak negara, kreator konten di Telegram sudah memonetisasi konten mereka dengan menjual unggahan promosi di kanal mereka," jelas Durov.
Menurut Durov, sistem iklan tersebut kacau karena melibatkan pihak ketiga yang mengganggu pengalaman interaksi pengguna.
"Kami ingin memperbaiki situasi ini dengan menawarkan alternatif berbasis kesadaran privasi untuk pemilik kanal," imbuhnya, dirangkum KompasTekno dari Tech Hindustan Times, Senin (15/2/2021).
Nantinya, pengguna juga akan diberi opsi untuk menolak (opt-out) iklan.
"Tujuan utama kami adalah untuk membentuk kelas baru bagi kreator konten, yang berkelanjutan secara keuangan dan bebas memilih strategi terbaik untuk pelanggan (subscriber) mereka," jelas Durov.
Telegram juga berencana mencari keuntungan dari stiker premium dengan fitur ekspresif tambahan. Para pembuat stiker jenis baru ini juga akan mendapat komisi.
Durov mengatakan monetisasi dilakukan untuk mendukung pertumbuhan aplikasi, membuat Telegram tetap independen dan setia pada nilai mereka.
Baca juga: Pesaing Berat WhatsApp Bukan Telegram atau Signal, Menurut Zuckerberg
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.