Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Tim Berners-Lee, Bapak Internet yang Sedih Melihat Ciptaannya

Kompas.com - 22/02/2021, 10:16 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

Dari tahun 1990 hingga 2005, kebanyakan pengguna internet hanya berperan sebagai penerima informasi. Lalu datanglah era Web 2.0, di mana web menjelma menjadi wadah membaca dan menulis pengguna internet yang didorong dengan adanya jejaring sosial.

Baca juga: 20 Skandal Facebook Sepanjang Tahun 2018

Alhasil, pengguna internet dapat membuat dan membagikan konten buatan mereka sendiri. Di era Web 2.0 ini juga Tim melihat bagaimana teknologi ciptaannya disalahgunakan.

Ia juga melihat langsung bagaimana perusahaan teknologi raksasa menyalahi pemakaian data penggunanya yang didirikan di atas ciptaan Tim. Misalnya, seperti skandal Cambridge Analytica oleh Facebook.

Skandal ini merupakan salah satu kasus di atas jaringan web yang membuat Tim bersedih.

Facebook mengakui telah mengekspos lebih dari 80 juta data pengguna ke perusahaan riset politik Cambridge Analytica, untuk dipakai dalam upaya pemenangan Donald Trump di Pemilu Amerika Serikat tahun 2016.

Selain itu, pada 2012, Facebook juga menggulirkan eksperimen kepada hampir 700.000 penggunanya melalui news feed untuk mengetahui apakah Facebook dapat memengaruhi keadaan emosional mereka. Eksperimen ini dilakukan tanpa sepengetahuan para pengguna.

Skandal Facebook tersebut melenceng dari visi Tim ketika menciptakan WWW sebagai platform terbuka dan demokratis untuk semua. Sebagai orang yang memulai semua ini, dia dilanda rasa sedih.

“Saya sangat terpukul,” kata Tim menggambarkan perasaannya menyaksikan teknologi ciptaannya disalahgunakan.

Saat ini, dunia daring didominasi oleh segelintir perusahaan teknologi raksasa yang mengembangkan sistem “pengawasan kapitalisme” dengan memanfaatkan data pengguna untuk tujuan iklan.

Baca juga: 3 Miliar E-mail dan Password Bocor di Internet, Cek Apakah Anda Terdampak

Melihat fenomena ini, Tim tak bergeming.  Ia menyiapkan serangan balik untuk mengembalikan masa kejayaan web, yakni dengan mempromosikan konsep “kedaulatan data” bagi tiap-tiap pengguna internet.

Tim juga telah mendirikan startup "Inrupt.com", sebuah perusahaan yang memiliki visi menciptakan sistem baru bernama “pods”, yakni tempat penyimpanan data online pribadi.

Tim berkeinginan agar kuasa penuh atas data para pengguna internet berada di tangan mereka sendiri, bukan perusahaan teknologi raksasa.

Menerima penghargaan dari Ratu Elizabeth II

Atas jasanya menciptakan web, Tim dianugerahi berbagai macam penghargaan dan gelar kehormatan. Misalnya, pada 2004, Tim dianugerahi gelar kebangsawanan oleh Ratu Elizabeth II. Dia pun kerap dipanggil dengan embel-embel “Sir” pada namanya.

Ratu Elizabeth II juga menghadiahi Sir Tim Berners-Lee dengan Order of Merit pada 2007. Order of Merit adalah sebuah tanda kehormatan khusus yang diberikan oleh Ratu secara pribadi. Penerimanya juga dibatasi hanya 24 orang yang masih hidup.

Selain itu, Sir Tim juga dianugerahi ACM A.M. Turing Prize pada 2017, atas penemuan World Wide Web, browser web pertama, serta protokol dan algoritme dasar yang memungkinkan Web untuk berkembang.

Penghargaan Turing, yang disebut juga sebagai Pengahargaan Nobel di bidang Komputasi, dianggap sebagai salah satu penghargaan paling bergengsi dalam bidang Ilmu Komputer.

Profil TimBL

  • Nama lengkap: Timothy John Berners-Lee
  • Nama panggilan: Tim, TimBL, Sir Tim
  • Tempat dan tanggal lahir: London, 8 Juni 1955
  • Usia: 65 Tahun
  • Orang tua: Conway Berners-Lee (ayah) dan Mary Lee Woods (ibu)

Pendidikan:

  • Sekolah Emanuel, London (1969-1973)
  • The Queen's College, Universitas Oxford, Inggris, BA Hons (I) Fisika (1973-1976).

Organisasi yang didirikan:

  • Ketua sekaligus pendiri World Wide Web Consortium (W3C)
  • Pendiri World Wide Web Foundation (WWWF)

Penghargaan lain:

  • Kilby Foundation's "Young Innovator of the Year" Award (1995)
  • Electronic Freedom Foundation's Pioneer Award (2000)
  • Japan Prize, the Science and Technology Foundation of Japan (2002)
  • Millennium Technology Prize (2004)
  • UNESCO Niels Bohr Gold Medal Award (2010)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com