"Menurut saya, tidak akan ada yang digeserkan oleh Clubhouse, bahkan podcast maupun radio sekalipun. Justru, Clubhouse bisa menjadi alat bantu bagi industri podcast dan radio," ujar Dennis.
Dennis mengatakan, pplikasi ini bisa menyediakan konten audio live dengan alat yang minimal.
"Clubhouse juga bisa jadi platform bagi musisi untuk bertemu penontonnya," pungkas Dennis.
Popularitas Clubhouse mulai melonjak sejak CEO Tesla Elon Musk "mempromosikan" Clubhouse melalui akun Twitternya. Konsep yang diusung Clubhouse bisa dibilang eksklusif, karena tak sembarang orang bisa bergabung.
Pengguna baru bisa bergabung apabila mereka diundang oleh teman yang sudah lebih dulu menggunakan aplikasi Clubhouse.
Di Indonesia, euforia pengguna Clubhouse terlihat sejak awal Februari lalu, di mana public figure, aktor, maupun para artis lokal mulai membuat ruang diskusi virtual secara gratis alias cuma-cuma.
Seiring semakin banyaknya nama-nama tenar yang hadir di aplikasi Clubhouse, minat warganet untuk mengetahui dan ikut bergabung ke dalamnya pun juga semakin bertambah.
Tak hanya menarik perhatian warganet, konsep yang dihadirkan oleh Clubhouse juga mulai dilirik oleh platform media sosial lain.
Baca juga: Larisnya Aplikasi Clubhouse dan Medsos Berbasis Audio
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.