Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah YouTube, Berawal dari Situs Kencan Online hingga Dibeli Google

Kompas.com - 24/02/2021, 15:31 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

Saat itu, YouTube didirikan sebagai perusahaan angel-funded, atau didanai oleh individu (angel investor) yang kaya raya. Sebulan sebelum dirilis, tepatnya pada bulan November 2005, perusahaan pemodal (capital venture) Sequoia Capital berinvestasi sebesar 3,5 juta dollar AS.

Sejak berganti strategi, ada lebih dari dua juta video yang ditonton di YouTube saat itu. Pada Januari 2006, penonton YouTube melonjak tajam hingga 25 juta penonton.

Jumlah video yang beredar di situs juga melesat hingga lebih dari 25 juta video pada Maret 2006.

Melihat pertumbuhan yang kian positif, Sequoia dan Artist Capital Management menanamkan modal tambahan 8 juta dollar AS kepada YouTube pada April 2006. Semakin hari, jumlah video yang diunggah terus naik.

Baca juga: Anak Elon Musk Ternyata Banyak Belajar dari YouTube dan Reddit

Dibeli Google

Seiring popularitas yang kian meroket, YouTube mulai menghadapi masalah baru. Mulai dari fasilitas di mana mereka butuh lebih banyak komputer, hingga koneksi internet broadband yang lebih mumpuni.

Selain itu, YouTube juga mulai menghadapi masalah hak cipta, di mana banyak media memprotes karena video yang diunggah adalah hak milik media. Meskipun sudah mendapat investor, namun, kenyataannya tetap tidak cukup mengatasi masalah.

Belum lagi, YouTube saat itu belum bisa mengkomersilkan produknya dengan maksimal. Akhirnya, Karim dkk berpikir untuk menjual YouTube.

Bulan Oktober 2006, perusahaan teknologi Google resmi membeli YouTube senilai 1,65 miliar dollar AS. Ini menjadi tonggak sejarah baru bagi YouTube.

Belanja tersebut adalah akuisisi terbesar kedua Google saat itu. Sebelumnya, Google juga punya platform berbagi video sendiri bernama Google Video.

Tapi, platform tersebut gagal membuat trafik yang banyak seperti yang dihasilkan YouTube. Akuisisi dilakukan setelah YouTube menyepakati perjanjian dengan perusahaan media untuk menghindari tuntutan hukum atas pelanggaran hak cipta.

Setelah proses akuisisi rampung, YouTube beroperasi secara independen dengan para co-founder dan 68 karyawan di bawah naungan Google. Operasional YouTube kemudian merambah ke lebih banyak negara di dunia.

Pada tahun 2007, CEO YouTube, Eric Schmidt memperkenalkan sistem lokal YouTube di mana tampilan antarmuka akan dapat disesuaikan dengan masing-masing negara operasionalnya.

Baca juga: Sejarah Google, Raksasa Mesin Pencari yang Hampir Dijual Murah

Model bisnis

Sebelum diakuisisi Google, YouTube menggunakan model bisnis berbasis iklan dengan penghasilan 15 juta dollar AS per bulan saat itu. April 2006, YouTube meluncurkan Google AdSense yang hingga kini digunakan untuk memonetisasi konten.

YouTube sempat menghentikan AdSense, tapi kemudian menggunakannya lagi ketika beroperasi dengan sistem lokal. Hingga kini, YouTube, dengan model bisnis iklannya menjadi salah satu penyumbang pendapatan Google yang cukup signifikan.

Pada 2020 untuk pertama kalinya setelah diakuisisi Google, YouTube mengumumkan pendapatannya. Pendapatan YouTube saat itu mencapai 5 miliar dollar AS dalam tiga bulan dari iklan sebagaimana dirangkum KompasTekno dari The Guardian, Rabu (24/2/2021).

Kini, YouTube semakin memperbanyak celah untuk mendapat pundi-pundi. Salah satunya lewat produk YouTube Premium yang dirilis tahun 2018 lalu.

YouTube juga tidak sekadar platform berbagai video semata. Kini, YouTube juga menjadi tumpuan bagi para YouTuber untuk menampilkan karya sekaligus mata pencaharian.

Baca juga: Pendapatan Alphabet Naik Berkat YouTube dan Google Search

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com