Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bill Gates Sebut Bitcoin Terlalu Banyak Memakai Listrik

Kompas.com - 25/02/2021, 08:10 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bitcoin (BTC) belakangan menjadi tren inevestasi baru setelah Tesla, perusahaan mobil listrik milik Elon Musk, menyatakan rencananya menjadikan uang kripto sebagai alat pembayaran di Tesla.

Tesla juga diketahui memborong uang kripto itersebut dengan nilai setara 1,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 21 triliun. Sejak saat itu, harga Bitcoin dilaporkan meroket.

Berbeda dengan rekan sesama miliardernya, Bill Gates ternyata bukanlah seorang fans Bitcoin. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangainya. Salah satunya terkait dengan konsumsi listrik dari segala aktivitas terkait Bitcoin seperti mining.

"Bitcoin menggunakan terlalu banyak energi, di samping mendorong transaksi yang bersifat anonim," ujar Gates dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg.

Baca juga: Cerita di Balik Keputusan Elon Musk Borong Bitcoin Rp 21 Triliun

Aktivitas menambang yang sebenarnya merupakan proses di mana komputer ikut membantu menjalankan jejaring dan transaksi cryptocurrency dengan imbalan Bitcoin itu memang membutuhkan energi listrik yang sangat besar.

Dalam sebuah laporan, Universitas Cambridge mengungkapkan bahwa konsumsi listrik yang digunakan untuk menambang Bitcoin lebih banyak ketimbang konsumsi listrik di Pakistan dalam setahun.

Penambangan bitcoin dalam setahun membutuhkan 123,64 terra-watt (TWh) listrik, sementara seantero Pakistan hanya mengonsumsi 120,56 TWh per tahun.

Terkait konsumsi listrik ini, Sekretaris keuangan AS, Janet Yallen sependapat dengan Gates. Yallen mengatakan bahwa mata uang kripto seperti Bitcoin tidak efisien untuk digunakan sebagai alat pembayaran.

"(Mata uang kripto) Adalah cara yang tidak efisien untuk melakukan transaksi dan jumlah energi yang dikonsumsi untuk memproses transaksi sangat mengejutkan," kata Yellen

Selain soal konsumsi listrik, anonimitas dari Bitcoin juga dipersoallkan oleh Gates. Menurut pendiri Microsoft ini, anonimitas ini menjadikan Bitcoin kerap digunakan untuk membeli narkoba, melakukan pencucian uang, penggelapan pajak, dan pendanaan teroris.

Alasan lainnya yang membuat Gates tidak menaruh hati pada Bitcoin ialah karena harganya yang sangat fluktuatif.

Baca juga: Harga Bitcoin Turun Drastis, Berkurang Hampir Rp 100 Juta dalam Sehari

Ia berpendapat hal ini dapat memengaruhi para investor yang notabene tidak memiliki dana cadangan yang cukup, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Business Insider, Kamis (25/2/2021).

Harga Bitcoin memang dilaporkan mengalami tren kenaikan selama 2021. Dari pantauan KompasTekno di laman CoinDesk, harga bitcoin sempat menyentuh angka 52.000 dollar AS atau sekitar Rp 731 juta (kurs Rp 14.135) pada Selasa (23/2/2021) pagi.

Namun, pada Selasa petang, harga Bitcoin merosot tajam ke angka sekitar 45.000 dollar AS (sekitar Rp 632 juta). Dengan kata lain, Bitcoin mengalami penurunan nilai sebesar 7.000 dollar AS atau hampir Rp 100 juta di hari yang sama.

Terakhir, harga Bitcoin telah kembali naik di atas kisaran 50.000 dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com