Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Indonesia Dikenal Ramah, Mengapa Dinilai Tidak Sopan di Dunia Maya?

Kompas.com - 03/03/2021, 07:00 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

"Orang internasional itu mereka punya etika, mereka (remaja Indonesia) juga belajar dari situ. Misalnya kalau nulis jangan huruf besar semua karena tandanya marah, menyatakan ketidaksetujuan dengan bahasa yang baik, itu yg menyebabkan mereka belajar etiket dari luar plus mereka belum tertarik dengan politik," ujar Ismail.

Senada dengan Ismail, Endang juga mengatakan bisa jadi remaja lebih aktif mencari kebenaran atas berita yang beredar dan tidak berminat mengomentari isu politik, sosial atau isu yang sedang tren dan lebih fokus ke isu yang menurut mereka menarik, seperti hobi, pelajaran, atau hiburan.

Namun, Endang memberikan kritik atas survei DCI yang tidak mencantumkan rentang usia kategori remaja dan dewasa dalam publikasinya. Menurutnya, hal tersebut penting untuk menganalisis fase perkembangan manusia, berdasarkan usia.

Pengaruh buzzer?

Pendengung atau buzzer menjadi salah satu fenomena yang muncul di media sosial. Umumnya, mereka bertugas menggiring opini publik di media sosial, terutama untuk isu yang berkaitan dengan politik seperti saat kontestasi pemilu.

Selama pilpres, warganet disuguhi petarungan antar buzzer, dari sisi pendukung maupun oposisi masing-masing kubu. Ternyata, petarungan ini berlanjut kendati pilpres telah usai.

Petarungan buzzer tidak sebatas di platform media sosial, tapi kadang merambah ke aplikasi pesan instan seperti WhatsApp.

"Akhirnya membuat kita terpolasrisasi dengan konten-konten dari buzzer ini," kata Ismail.

Lambat laun, pengguna internet organik (bukan buzzer) seakan terbiasa disuguhi unggahan buzzer yang saling serang di media sosial. Publik terbiasa diberi contoh komunikasi dunia maya yang tidak empatik dan saling serang.

"Ini (buzzer) bukan satu-satunya yang mendorong (menurunnya tingkat kesopanan digital Indonesia) ya, tapi itu salah satu contoh," ujar Ismail.

Baca juga: Ini Bukti Polisi Virtual Sudah Patroli Medsos di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com