Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Merger Tokopedia dan Gojek

Kompas.com - 11/03/2021, 12:21 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tahun lalu, isu merger antara Gojek dan Grab berembus kencang hingga akhir 2020. Namun, memasuki awal tahun 2021, dua perusahaan ride hailing raksasa di Asia Tenggara itu dilaporkan tidak menemukan titik temu untuk mewujudkan merger.

Gojek justru santer diberitakan akan kawin dengan startup unicorn Indonesia, yakni Tokopedia. Merger Gojek dan Tokopedia konon sudah dipertimbangkan sejak tahun 2018.

Kabar terakhir menyebut bahwa kedua perusahaan telah menandatangani klausul kesepakatan Conditional Sales and Purchase Agreement (CSPA) yang dibutuhkan sebelum merger. Namun, kabar ini dibantah pihak Tokopedia.

Baca juga: Disebut Sepakati Syarat Merger dengan Gojek, Ini Respons Tokopedia

Aksi korporasi ini disinyalir akan melahirkan entitas baru. Namun, bagaimana strukturnya nanti, dua perusahaan bernuansa hijau itu masih berembuk.

Entitas baru yang kuat

Saat ini, nilai valuasi Gojek berkisar 10,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 146,1 triliun), sedangkan Tokopedia memiliki valuasi sekitar 7,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 104,4 triliun).

Diprediksi, entitas baru yang lahir dari merger keduanya akan menghasilkan valuasi sebesar 35-40 miliar dollar AS atau antara Rp 431 triliun-Rp 504 triliun. Menurut beberapa sumber dalam, Gojek akan memegang 60 persen saham untuk entitas baru dan 40 persen sisanya akan dipegang Tokopedia.

Merger Gojek dan Tokopedia digadang-gadang bakal menjadi transaksi terbesar di industri teknologi Indonesia jika benar terwujud. Merger dua perusahaan tersebut akan menghasilkan perusahaan yang cukup kuat dan komplementer.

Betapa tidak. Masing-masing memiliki keunggulan di sektor yang berbeda. Tokopedia menjadi salah satu e-commerce papan atas di Indonesia.

Baca juga: Gojek, Tokopedia dkk Dirayu agar Melantai di Bursa Saham Indonesia

Sementara itu, Gojek memiliki layanan transportasi online, pengiriman barang dan makanan, serta layanan keuangan digital sendiri bernama GoPay. Layanan yang dimiliki masing-masing perusahaan akan saling melengkapi satu sama lain.

Merger ini juga bisa membuka jalan Tokopedia untuk memperluas layanannya karena Gojek kini beroperasi di beberapa negara di Asia Tenggara. Khusus untuk layanan keuangan, selama ini Tokopedia berkolaborasi dengan OVO, salah satu pesaing berat Grab.

Melansir Deal Street Asia, Tokopedia memegang 36,1 persen saham induk OVO, Bumi Cakrawala Perkasa. Sementara dua pendirinya, Leontinus Alpha Edison dan William Tanuwijaya, memegang 5 persen saham di induk OVO melalui PT Wahana Innovasi Lestari yang diakuisisi Grab pada Februari 2020.

Bagaimana nasib OVO?

Belum diketahui jelas bagaimana nasib OVO ke depannya. Ada banyak spekulasi beredar di udara tentang nasib OVO, seperti apakah Tokopedia akan menjual sahamnya ke Grab atau malah Tokopedia dan Gojek membuat alat pembayaran digital yang terintegrasi.

Analis riset CrossASEAN, Angus Mackintosh, berpendapat, ada kemungkinan Tokopedia menjual saham OVO dan mengandalkan GoPay untuk transaksi ke depannya. Dia menambahkan bahwa Gojek telah melangkah lebih jauh ke bank digital dengan memegang 22 persen saham Bank Jago.

Baca juga: Bagaimana Nasib Ovo jika Tokopedia Merger dengan Gojek?

Di sisi lain, Gojek juga mendapat suntikan dana dari Facebook dan PayPal bulan Juni 2020. Sementara itu, pesaing Gojek, Grab, mengandalkan Ovo sejak tahun 2018 karena gagal mendapat izin operasional GrabPay di Indonesia.

Rencana IPO

Merger Gojek dan Tokopedia juga disebut sebagai pembuka jalan bagi keduanya untuk melantai di bursa saham atau melakukan penwaran saham perdana (IPO) untuk menjadi perusahaan publik.

Ada beberapa skenario yang dipertimbangkan untuk waktu pelaksanaan merger dan IPO. Pertama, Tokopedia bisa lebih dulu masuk ke bursa saham Jakarta, lalu baru merger dengan Gojek.

Setelah merger, entitas baru yang lahir akan melakukan IPO di bursa Amerika Serikat. Tokopedia sendiri disebut mengincar pendanaan sebesar Rp 20 triliun sebelum IPO.
Kabar terbaru menyebut Tokopedia telah menunjuk bank investasi Morgan Stanley dan Citigroup untuk IPO.

Baca juga: Grab Disebut Bisa Mendapat Rp 28 Triliun dari IPO di AS

Tokopedia akan menggunakan banryuan perusahaan SPACs (special purpose acquisition companies) atau yang sering disebut denngan perusahaan blank check. Mereka memiliki misi untuk mengumpulkan pendanaan, lalu mengakuisisi perusahaan privat untuk membantu mereka menjadi perusahaan publik.

Skenario kedua adalah melakukan merger lebih dulu, lalu entitas baru melakukan IPO. Kabar terbaru menyebutkan, entitas hasil gabungan keduanya segera melakukan IPO di bursa saham di Jakarta (Indonesia) dan Amerika Serikat.

Kekuatan baru untuk menyaingi Shopee

Untuk diektahui, Gojek dan Tokopedia memiliki beberapa pemegang saham yang sama, seperti Google, Temasek Holdings, dan Softbank. Konon, usulan merger didorong oleh Masayoshi Son, CEO SoftBank.

Son juga disebut-sebut sosok yang mendorong merger Gojek dan Grab tahun lalu. Upaya itu dilakukan karena investasi SoftBank di banyak startup rugi besar dihantam pandemi.

Pada tahun fiskal 2019, kerugian SoftBank mencapai 17,7 miliar dollar AS, dihimpun dari Bloomberg. Di saat yang bersamaan, perusahaan raksasa asal Singapura, Sea Group, semakin menggurita di Asia Tenggara.

Baca juga: Induk Shopee Disebut Caplok Bank BKE, Siapkan Bank Digital di Indonesia?

E-commerce Shopee adalah salah satu yang dibekingi Sea Group. Kini Shopee kian mematangkan diri menjadi super app dengan menambah banyak layanan.

Seperti ShopeePay dan yang terbaru adalah layanan pesan antar makanan di Indonesia, ShopeeFood. Bahkan, ShopeeFood memiliki mitra driver sendiri.

Khusus untuk ShopeePay, adopsinya kini bahkan melampaui GoPay, dirangkum dari Deal Street Asia. Menurut laporan firma riset Ipsos bulan Oktober 2020, penetrasi terbesar dompet digital dimiliki ShopeePay, yakni sebesar 48 persen.

Disusul OVO 46 persen, GoPay 35 persen, DANA 26 persen, dan LinkAja 16 persen. ShopeePay juga menjadi platform dompet digital dengan nilai transaksi terbesar di kuartal III-2020.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com