Tak hanya itu, setelah melontarkan kritikan pada pemerintah China, Ma juga sempat dikabarkan menghilang.
Spekulasi ini muncul karena Ma tidak pernah muncul ke publik selama kurang lebih dua bulan setelah mengahadiri acara di Shanghai pada Oktober 2020 itu.
Spekulasi hilangnya Ma semakin santer tersiar setelah Ma tidak menghadiri acara final Africa's Business Heroes, sebuah reality show buatannya. Dalam acara itu, Jack Ma berperan sebagai juri, namun posisinya diganti oleh eksekutif Alibaba lain.
Namun, akhirnya setelah tiga bulan, atau tepatnya pada Januari 2021, Ma menampakkan dirinya ke hadapan publik. Mantan guru bahasa Inggris itu akhirnya menampakkan diri dengan menyapa 100 guru di daerah pelosok di China lewat konferensi video.
Pada 2020 lalu, pemerintah mulai menargetkan perusahaan yang didirkan Jack Ma, Alibaba Group dan afiliasinya terkait dugaan praktik anti-monopoli.
Administrasi Negara untuk Peraturan Pasar (SAMR) telah menyelidiki perusahaan Alibaba Group terkait dugaan monopoli. Regulator China disebutkan telah memperingati Alibaba terhadap praktik yang menjurus ke arah monopoli.
Praktik monopoli yang dimaksud seperti memaksa pedagang di situs e-commerce Alibaba ke dalam pakta kerjasama eksklusif dan perjanjian yang akan mencegah pedagang untuk menggunakan platform pesaing.
Baca juga: Pemerintah China Jegal Alibaba dkk dengan Aturan Anti-monopoli
Atas tuduhan melanggar norma monopoli, Pemerintah China dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk menjatuhkan hukuman denda sekitar satu miliar dollar AS (sekitar Rp 14,4 triliun) pada raksasa e-commerce Alibaba, sebagaimana dihimpun dari Business Today.
Tak hanya Alibaba, perusahaan afiliasinya, Ant Group juga diawasi dan diselidiki terkait dugaan anti-monopoli. Perusahaan fintech milik Jack Ma ini memang memiliki aplikasi pembayaran digital populer bernama Alipay.
Melalui Alipay, Ant sedianya memberikan layanan pembayaran online. Namun belakangan, Ant melakukan ekspansi bisnis Alipay ke ranah investasi online, asuransi, dan pinjaman konsumen.
Namun, pemerintah China menilai bisnis pinjaman online yang dilakukan Alipay ini bermasalah lantaran sebagian besar pinjaman yang difasilitasi Ant didanai oleh bank komersial, bukan oleh Ant Group sendiri.
Imbas dari pengawasan ini, penawaran saham perdana (IPO) yang awalnya akan berjalan pada November 2020 kandas di tengah jalan.
Baca juga: Jack Ma Kembali, Saham Alibaba Melesat Naik
IPO tersebut ditangguhkan secara langsung oleh Presiden Xi. Alasannya tak lain karena perubahan peraturan oleh regulator China.
Padahal, IPO Ant Group awalnya digadang-gadang bakal memecahkan rekor sebagai yang terbesar di dunia dengan proyeksi nilai pengumpulan dana menembus kisaran 37 miliar dollar AS atau lebih dari Rp 522 triliun.
Belakangan pemerintah China juga meminta Alipay untuk merombak bisnisnya dan fokus pada bisnis pembayaran online saja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.