KOMPAS.com - Pemerintah China baru-baru ini mengeluarkan peraturan baru yang membatasi penggunaan mobil listrik Tesla di negaranya. Peraturan ini secara khusus melarang pegawai pemerintahan China seperti pegawai negeri sipil dan militer, menggunakan mobil Tesla.
Menurut laporan Wall Street Journal, kebijakan tersebut berasal dari kekhawatiran Pemerintah China bahwa Tesla menggunakan mobilnya untuk melakukan mata-mata.
Dugaan ini muncul karena Tesla tidak mengikuti persyaratan yang ditetapkan pemerintah, soal operasi mobil listrik di sana.
Sebagai informasi, di China ada peraturan yang mengamanatkan perusahaan mobil listrik termasuk mobil hibrida listrik untuk berbagi data mengemudi real-time (seperti lokasi kendaraan dan penggunaan baterai) kepada pihak berwenang.
Aturan inilah yang tidak diikuti oleh Tesla.
Baca juga: Elon Musk Sebut Tesla Akan Ditutup Jika Dipakai Mata-matai China
Sebagai kendaraan modern, mobil bikinan Tesla dilengkapi sensor dan kamera canggih. Adapun kedua fitur tersebut digunakan untuk membantu mobil dalam mendeteksi keadaan lalu lintas di jalan saat mengaktifkan mode mengemudi otomatis (auto-pilot).
Namun, Pemerintah China memandang mobil Tesla tak ubahnya seperti robot mata-mata. Pihaknya mengaku khawatir akan sensor kamera mobil Tesla yang dapat digunakan untuk merekam segala aktivitas di China yang kemudian dikirimkan ke AS.
Akibatnya seluruh pegawai lembaga pemerintahan China dilarang untuk mengendarai Tesla.
Munculnya peraturan ini juga akan mempengaruhi pertumbuhan bisnis Tesla di China. Sebab, China merupakan salah satu pasar yang besar bagi Tesla.
Pada 2020 lalu, Tesla sempat untung besar setelah berhasil menjual 147.445 kendaraan mobil listrik di China.
Angka tersebut mencakup 30 persen dari total pendapatan Tesla secara global. Saat ini, perusahaan milik Elon Musk tersebut diketahui tengah menggarap dua model mobil listrik baru di China, yakni Model 3 dan Model Y.
Tesla sendiri memang memiliki pabrik produksi di China. Pabrik ini bernama Giga 3 yang terletak di Shanghai, China.
Dugaan yang dilayangkan oleh Pemerintah China mendapat bantahan keras dari CEO Tesla, Elon Musk. Pemilik perusahaan mobil listrik itu mengatakan bahwa Tesla akan ditutup jika digunakan untuk memata-matai di China.
Baca juga: Tesla Borong Bitcoin Senilai Rp 21 Triliun, Untuk Apa?
"Ada dorongan yang sangat kuat bagi kami untuk sangat merahasiakan informasi apa pun. Jika Tesla menggunakan mobil untuk memata-matai di China atau di mana pun, kami akan ditutup," kata Musk sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Reuters, Selasa (23/3/2021).
Meski disebut muncul dari rasa kecurigaan Pemerintah China, namun, kebijakan baru ini agaknya dipengaruhi oleh faktor ketegangan antara China dan Amerika Serikat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.