Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Naning Utoyo, Perempuan Indonesia Jagoan Teknologi UX di Singapura

Kompas.com - 21/04/2021, 10:42 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Semua bermula dari patah hati. Itulah alasan Siti Hapsari Dyahningrum atau lebih dikenal sebagai Naning Utoyo, ketika memutuskan untuk merintis karir di bidang teknologi user experience (UX) di Singapura.

"Sebenarnya alasan yang paling gede itu karena habis patah hati. Terus habis itu aku kayak harus keluar dari Indonesia, cari distraksi gitu. Alhamdulillah akhirnya beneran dapat (kerjaan)," cerita Naning disambung gelak tawa saat berbincang dengan KompasTekno di program AntarMuka.

Namun patah hati yang dialami Naning bukan soal romansa. Naning patah hati karena minatnya yang begitu besar untuk bekerja di bidang UX, berbanding terbalik dengan ketersediaan lowongan kerja di Indonesia sekitar 10 tahun lalu.

Baca juga: Mengenal Ada Lovelace, Perempuan Programmer Pertama dalam Sejarah

Saat itu menurut Naning, posisi desainer/programmer/researcher UX, atau bidang teknologi informasi lain, masih minim di Indonesia.

"Berbekal" patah hati karena peluang kerja di bidang UX masih kecil di negeri sendiri, Naning terbilang nekat untuk mencoba peruntungan di Singapura. Bolak-balik Jakarta-Singapura, ia lakoni demi mengikuti job fair dan mencari jejaring.

Tidak cuma itu, beberapa portal lowongan kerja juga ia sodori lamaran kerja, hingga akhirnya satu kesempatan tiba. Kurang lebih sepekan setelah sidang tugas akhir, Naning menanda-tangani kontrak magang di McCann, sebuah perusahaan agensi periklanan dan marketing di Singapura.

Tidak perlu menunggu upacara wisuda, alumni jurusan Sistem Informasi Universitas Indonesia ini langsung hijrah ke Negeri Singa, dan memulai karir sebagai UX and Performance Research selama enam bulan.

"Waktu itu juga karena mau belajar. Jadi waktu itu yang aku daftar lebih banyak yang internship (magang) dibanding full time (penuh waktu). Karena kalau internship akan jauh lebih gampang untuk mendapat kerja dibanding full time," tutur Naning.

Naning belum sepenuhnya "move on". Setelah menuntaskan magang selama enam bulan, Naning sempat pulang ke tanah air untuk mencari lagi peluang di bidang UX. Hasilnya nihil, situasi masih sama seperti terakhir ia tinggalkan.

Ia pun kembali ke Singapura dengan kontrak baru sebagai karyawan tetap di McCann, selama lebih dari tiga tahun. Sejak saat itu, karirnya di bidang UX semakin menanjak.

Dari McCann, masih di Singapura, Naning pindah ke TradeGecko selama dua tahun, lalu pindah ke SP Group selama lebih dari tiga tahun. Kini, Naning mencoba tantangan baru di ShopBack Singapore sebagai Research Lead.

Baca juga: Upaya Mempopulerkan Gamer Sebagai Profesi Pilihan di Indonesia

Salah satu tantangan yang dihadapi Naning di pekerjaan barunya ini adalah berkomunikasi dengan bahasa Indonesia secara formal.

Naning bercerita bahwa ia sampai harus menggunakan Google Translate atau bertanya ke teman-temannya yang lebih paham bahasa Indonesia, untuk memastikan susunan kalimat formalnya sudah baik dan benar saat mengirim e-mail.

Kendati demikian, Naning masih sangat lancar bercerita maupun bercengkerama dengan bahasa Indonesia non-formal.

Mendirikan Komunitas UXID dan mengajar

Naning Utoyo saat menjadi pemateri di salah satu acara.Dok.Pribadi Naning Utoyo saat menjadi pemateri di salah satu acara.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com