Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Alibaba, E-commerce Buatan Jack Ma yang Terinspirasi Cerita 1001 Malam

Kompas.com - 21/04/2021, 21:32 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Alibaba kini dikenal sebagai perusahaan e-commerce raksasa asal China. Tapi, jauh sebelum sebesar sekarang, ide mendirikan Alibaba pernah tak disambut oleh investor.

Pemilihan nama Alibaba yang berbau Timur Tengah bukan tanpa alasan. Nama ini dipilih sendiri oleh pendirinya, Jack Ma. Nama Alibaba muncul saat ia mengunjungi sebuah kafe di San Francisco, Amerika Serikat. 

Ma muda berpikir bahwa nama Alibaba, yang diambil dari tokoh Ali Baba di cerita legenda 1001 Malam, adalah kisah yang sangat populer. Banyak orang yang ditemuinya di Negeri Paman Sam tahu cerita Ali Baba.

Dikisahkan, Ali Baba adalah orang yang dermawan. Meskipun hidup dalam kemiskinan, ia berbagi dengan sesamanya yang membutuhkan. Filosofi itu yang kemudian dibawa Ma saat menggagas sebuah toko online bagi bisnis skala kecil dan menengah.

Baca juga: Profil Jack Ma, Guru Gaptek Pendiri Raksasa E-Commerce Alibaba

Pada tahun 1999, Ma dan 17 kawannya pun meluncurkan situs Alibaba.com. Calon perusahaan raksasa itu bermula di apartemen Ma di Lakeside Gardens di Hangzhou, China.

Ma mengibaratkan Alibaba adalah seseorang yang pintar dan membantu orang-orang di desa yang memiliki bisnis kecil dan menengah. Ia berharap agar Alibaba bisa menjadi pintu bagi mereka untuk mendapatkan lebih banyak pembeli dari luar negeri.

Sempat ditolak dan dikritik

Ma kemudian melakukan pitching untuk menawarkan ide e-commerce Alibaba tersebut ke investor di Silicon Valley, Amerika Serikat.

Namun, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Computing and Commerce Association, Rabu (21/4/2021), ide itu sempat ditolak dan dikritik investor karena dinilai tidak mendatangkan keuntungan dan tidak stabil.

Namun, Ma bukan sosok yang pantang menyerah. Akhirnya, Alibaba berhasil mendapatkan pendanaan awal dari Goldman Sach sebesar 5 juta dollar AS dan 20 juta dollar AS dari SoftBank.

Baca juga: Alibaba Bangun Data Center ke-3 di Indonesia 2021

Alibaba.com diharapkan bisa meningkatkan pasar e-commerce domestik dan menjadi retail online yang tepat bagi para UMKM di China untuk menembus pasar global. Setelah dirilis tiga tahun, tepatnya tahun 2002, Alibaba mulai mendapatkan keuntungan.

Belum puas, Ma berambisi melebarkan sayap Alibaba ke luar negara China. Pada 2003, Alibaba meluncurkan marketplace Taobao yang kini berubah menjadi Tmall. Ia juga meluncurkan platform pembayaran online Alipay, Alimama.com, dan Lynx.

Melantai di bursa New York

Seiring pertumbuhannya, Alibaba semakin menarik minat banyak investor lain. Tahun 2005, Yahoo menyuntikkan dana ke Alibaba melalui struktur variable interest entity (VIE). Yahoo membeli saham Alibaba sebesar 40 persen dengan harga 1 miliar dollar AS kala itu.

Pada 2010, Alibaba meluncurkan layanan komputasi awan, Alibaba Cloud. Pada tahun yang sama, Alibaba juga menggelar acara 11.11 Global Shopping Festival atau yang dikenal sebagai Single's Day untuk pertama kalinya.

Acara itu kemudian diadopsi e-commerce Indonesia dengan tajuk Harbolnas (hari belanja nasional) yang berlangsung setiap 12 Desember. Pada 2011, Alibaba Group mendirikan Alibaba Foundation yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah sosial.

Baca juga: Sejarah Harbolnas, Belanja Setiap 12.12 yang Kini Tak Lagi Sakral

Tahun 2014 menjadi salah satu tahun bersejarah bagi Alibaba Group. Pada September, Alibaba Group melantai di bursa saham (IPO) New York Stock Exchange dengan kode (BABA). Saham Alibaba saat itu dibuka dengan harga 92,70 dollar AS.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com