Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Cinta Gojek, "PDKT" ke Grab, Menikah dengan Tokopedia

Kompas.com - 18/05/2021, 10:30 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dinamika startup Indonesia memasuki babak baru, setelah Gojek dan Tokopedia secara resmi mengumumkan merger.

Perkawinan dua startup ini sudah ramai diperbincangakan sejak berbulan-bulan lalu dan digadang akan menjadi merger perusahaan teknologi terbesar di Indonesia.

Betapa tidak, Gojek yang merupakan startup berstatus decacorn, memiliki valuasi lebih dari 10 miliar dollar AS atau sekitar 143,3 triliun (kurs dollar AS Rp 14.000). Sementara Tokopedia yang berstatus unicorn, disebut memiliki valuasi sekitar 7 miliar dollar AS (sekitar Rp 100,3 triliun).

Setelah merger, valuasi keduanya diperkirakan berada di kisaran angka 18 miliar dollar AS (sekitar Rp 257 triliun).

Baca juga: Gojek dan Tokopedia Resmi Merger Menjadi GoTo

Perjalanan "cinta" Gojek dan Tokopedia disebut-sebut tergolong singkat. Konon, kedua perusahaan ini sepakat untuk merger hanya dalam hitungan hari.

Namun, sebelum berlabuh kepada Tokopedia, Gojek sempat lebih dulu "digosipkan" bakal kawin dengan Grab.

"PDKT" ke Grab

Pada 2020 lalu, isu merger Grab dan Gojek santer terdengar. Dorongan merger dua perusahaan ride hailing ini kabarnya diinisiasi oleh Masayoshi Son yang tidak lain adalah CEO Softbank Group, investor terbesar Grab.

Mendekati akhir 2020, isu merger Gojek dan Grab semakin menguat. Bahkan keduanya disebut hampir menemukan titik temu. Akan tetapi, sejumlah klausul agaknya menjadi ganjalan.

Menurut rumor yang beredar saat itu, Grab disebut ingin menjadi pihak yang dominan setelah merger terjadi. Pendiri dan CEO Grab, Anthony Tan akan menjadi CEO entitas gabungan di wilayah Asia Tenggara.

Sementara petinggi Gojek akan menjalankan gabungan entitas bisnis di wilayah Indonesia dan tetap berada di bawah nama Gojek.

Namun, kesepakatan ini tetap membutuhkan persetujuan dari regulator dan pemerintah. Sebab, keduanya adalah dua perusahaan decacorn di Asia Tenggara yang memiliki nilai valuasi masing-masing lebih dari 10 miliar dollar AS.

Baca juga: Merger Gojek dan Grab Dikabarkan Makin Mendekati Kenyataan

Di Indonesia, merger harus mendapat izin dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai otoritas persaingan usaha. Indonesia sendiri masih menerapkan sistem post merger notification dalam proses pemberitahuan merger dan akuisisi perusahaan.

Ketika isu merger Gojek dan Grab kian terdengar, muncul kekhawatiran terjadinya monopoli pasar. Sebab, keduanya sama sama kuat di bidang layanan ride-hailing.

Bahkan, Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia mengancam akan menggelar aksi besar-besaran, apabila merger (penggabungan perusahaan) antara Grab dan Gojek terwujud.

Menurut salah satu sumber, ketidaksepakatan utama dari rencana merger ini adalah soal struktur kepemilikan saham dari entitas gabungan.

Menurut informasi, Gojek telah meminta 40 persen bagian saham dari entitas merger. Jumlah tersebut, menurut Grab, secara fundamental terlalu banyak mengingat Grab berada dalam kondisi keuangan yang lebih baik.

Pendekatan singkat Gojek dan Tokopedia

Kabar merger Gojek dan Grab ternyata hanya sampai di titik rencana. Entah apa yang membatalkan rencana tersebut, isu merger Grab dan Gojek seakan langsung teralihkan dengan kabar pendekatan Gojek dan Tokopedia.

Tepat di pekan pertama bulan Januari 2021, isu merger Gojek dan Tokopedia langsung muncul ke permukaan.

Bahkan di awal informasi ini beredar, Gojek dan Tokopedia disebut telah menandatangani lembar persyaratan terperinci untuk melakukan uji tuntas bisnis masing-masing.

Namun sejatinya, Gojek dan Tokopedia disinyalir telah lama melakukan pendekatan, bahkan jauh sebelum isu merger dengan Grab. Isu merger antara Gojek dan Tokopedia sempat berhembus tahun 2018 lalu, namun, kabar itu menguap tak terdengar lagi.

Baca juga: Perusahaan Baru Gojek-Tokopedia, Valuasi Rp 257 Triliun, Kontribusi Rp 314 Triliun

Konon, ketika diskusi merger antara Gojek dan Grab menemui jalan buntu, Tokopedia gerak cepat mengambil peluang untuk kembali merencanakan merger dengan Gojek.

Mengutip Kompas.id, perjalanan merger Gojek dan Tokopedia relatif mulus karena komunikasi di antara kedua pimpinan puncak tidak ada gangguan. Berbeda dengan upaya merger Gojek dan Grab yang sejak awal diprediksi tidak akan berjalan mulus.

Lahirnya GoTo

Ilustrasi GoTo, perusahaan baru hasil merger antara Gojek dengan TokopediaGoTo Ilustrasi GoTo, perusahaan baru hasil merger antara Gojek dengan Tokopedia
Bak gayung bersambut, upaya pendekatan Tokopedia dan Gojek akhirnya terwujud. 17 Mei 2021, keduanya mengumumkan merger dan memperkenalkan entitas baru bernama grup GoTo.

Nama "GoTo" sangat sederhana, karena diambil dari singkatan kedua startup, yakni Gojek dan Tokpedia, menurut cerita dari CEO Tokopedia, William Tanuwijaya dalam sebuah unggahan Facebook.

Tidak bisa dipungkiri, kelahiran GoTo cukup singkat. Hal ini diakui oleh co-founder Gojek Kevin Aluwi.

"Melahirkan kesepakatan dengan ukuran dan skala bisnis seperti Gojek dan Tokopedia dalam waktu yang relatif singkat dan lancar, hanya dapat tercapai karena kami sama-sama memiliki tujuan yang sama, yaitu selalu memberikan pengalaman terbaik bagi konsumen didukung oleh jaringan mobilitas tercepat dan terbesar dari para mitra driver dan merchants kami," katanya dalam keterangan resmi.

Baca juga: Mengenal GoTo, Payung Besar Penaung Gojek dan Tokopedia

Jika dihitung dari awal rumor merger berembus hingga GoTo diumumkan, hanya berlangsung sekitar lima bulan.

Nantinya, GoTo akan menjadi induk yang akan memayungi entitas Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial karena mereka tetap akan beroperasi sebagai entitas masing-masing setelah merger dilakukan.

GoTo menaungi tiga layanan yang berbeda yakni layanan on-demand, layanan keuangan, dan e-commerce. Tidak hanya di Indonesia, Grup GoTo juga akan beroperasi di negara-negara operasional Gojek, yakni Vietnam, Singapura, dan Thailand.

Eksekutif GoTo

(ki-ka) Andre Soelistyo menjabat sebagai CEO Grup GoTo, Patrick Cao sebagai Presiden GoTo, Kevin Aluwi tetap menjabat CEO Gojek begitu pula dengan William Tanuwijaya yang tetap menjabat sebagai CEO Tokopedia.Kompas.com (ki-ka) Andre Soelistyo menjabat sebagai CEO Grup GoTo, Patrick Cao sebagai Presiden GoTo, Kevin Aluwi tetap menjabat CEO Gojek begitu pula dengan William Tanuwijaya yang tetap menjabat sebagai CEO Tokopedia.
Setelah merger, para pemimpin Gojek dan Tokopedia akan menjadi penggerak utama entitas baru ini.

Andre Soelistyo dari Gojek memimpin GoTo sebagai CEO Group, lalu Patrick Cao dari Tokopedia sebagai Presiden GoTo.

Sementara itu, Kevin Aluwi akan tetap menjabat sebagai CEO Gojek dan William Tanuwijaya akan tetap menjadi CEO Tokopedia.

Khusus untuk Andre, ia juga akan rangkap jabatan sebagai penanggung jawab bisnis pembayaran dan layanan keuangan GoTo Financial. GoTo Financial mencakup layanan GoPay dan layanan keuangan dan solusi bisnis mitra usaha.

Baca juga: Susunan Petinggi Grup GoTo, Perusahaan Baru Merger Gojek dan Tokopedia

Investor Grup GoTo disokong oleh beberapa investor besar yang sebelumnya telah menjadi investor utama Gojek dan Tokopedia. Dalam keterangan resminya, proses merger ini telah mendapat restu dari para penyokong dana.

Mereka adalah Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa dan Warburg Pincus.

Valuasi

Menurut laporan dari CB Insight, Grup GoTo diperkirakan akan memiliki valuasi hingga 40 miliar dollar AS atau sekitar Rp 571 triliun (kurs dollar AS Rp 14.000) apabila berhasil debut sebagai perusahaan publik. Dalam pengumumannya, GoTo tidak menyebut berapa nilai valuasi mereka saat ini.

Gojek dan Tokopedia juga tidak merinci berapa kepemilikan saham mereka di Grup GoTo. Namun menurut CB Insight, Gojek disebut menguasai 58 persen saham GoTo, sementara Tokopedia memiliki 42 persen sisanya.

Baca juga: Gojek dan Tokopedia Merger, Boyband BTS Ucapkan Selamat lewat Video

Babak baru menuju IPO

Selain isu merger, Tokopedia dan Gojek juga dikabarkan berencana menjadi perusahaan publik. Penawaran saham perdana/initial public offering kabarnya akan dilakukan dalam waktu dekat.

Menurut rumor yang selama ini berkembang, Gojek dan Tokopedia akan melakukan dual listing di Amerika Serikat dan Indonesia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com