Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lockheed Martin: F-16 Viper Pesawat Tempur yang Sesuai Kebutuhan Indonesia

Kompas.com - 21/05/2021, 16:09 WIB
Reska K. Nistanto,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

KOMPAS.com -Di tengah rencana Kementerian Pertahanan mendatangkan pesawat tempur baru untuk TNI AU, Lockheed Martin tetap yakin bahwa F-16 Block 72 adalah solusi yang tepat untuk kebutuhan Indonesia saat ini.

Lockheed Martin sendiri merupakan perusahaan produsen pesawat tempur legendaris F-16.

Seperti diberitakan, Kementerian Pertahanan RI sebelumnya sempat mengungkap rencana membeli sejumlah pesawat tempur, seperti Eurofighter Typhoon, Dassault Rafale, dan F-15EX.

Menanggapi rencana tersebut, F-16 Business Development Director Lockheed Martin, Mike Kelly mengatakan, TNI AU sudah mengoperasikan 34 pesawat F-16, sehingga sudah memiliki semua peralatan pendukung dan suku cadang, pilot dan personel pemeliharaan.

Baca juga: TNI-AU Bisa Miliki Jet Tempur F-16 Tercanggih

"F-16 Block 72 menjadi solusi yang efisien dan hemat biaya, dengan menekan jumlah jenis pesawat (yang dimiliki TNI AU)," kata Kelly saat berbincang dengan KompasTekno, April lalu.

F-16 Block 72, atau yang dijuluki "Viper" ini adalah varian terbaru pesawat F-16, dengan upgrade di komponen radar, sistem avionik dan komunikasi, serta tanki bahan bakar tambahan yang tidak mengorbankan kinerja aerodinamis pesawat.

Kelly juga mengatakan bahwa Indonesia perlu memiliki solusi kekuatan udara yang dapat menjalankan semua misi yang dibutuhkannya, termasuk perlindungan wilayah kedaulatan Indonesia di Laut Cina Selatan.

"Dan di situlah kami berpikir bahwa F-16 (Viper) adalah solusi yang baik dan memiliki kemampuan tempur itu," kata Kelly.

F-16 pada dasarnya adalah pesawat tempur multi-peran (multirole fighter) yang sekali terbang, bisa menangani tugas-tugas, baik misi udara-ke-darat maupun udara-ke-udara, tanpa perlu melakukan banyak perubahan.

Gambar rekaan F-16 Block 72 (F-16V) dengan camo/livery TNI-AU.Lockheed Martin Gambar rekaan F-16 Block 72 (F-16V) dengan camo/livery TNI-AU.

Dengan versi Block 72 (Viper), Indonesia akan memiliki pesawat multi-role generasi 4,5 paling canggih, yang akan menjadi jembatan untuk beralih ke pesawat tempur generasi ke-5, seperti F-35, dan pesawat tempur segenerasi yang memiliki kemampuan stealth.

Saat disinggung tentang kemampuan F-16V dibandingkan pesawat-pesawat generasi ke-5, Kelly mengatakan kebanyakan hardware dan software F-16 Block 72, seperti radar APG-83, memiliki kesamaan dengan radar AESA F-35.

"Banyak rantai pasokan F-16 yang serupa (dengan F-35), jadi banyak teknologi yang mungkin berasal dari F-16 dan dimigrasi ke F-15," kata Kelly.

Baca juga: Pingsan, Pilot F-16 Diselamatkan Software Anti-tabrakan

Kelly mencontohkan beberapa teknologi yang awalnya dikembangkan di F-16 yang kemudian diadopsi untuk F-35, seperti Automatic Ground Collision Avoidance System (Auto GCAS). Sedangkan radar AESA adalah contoh teknologi yang dimigrasi dari F-35 ke F-16.

"Hubungan antara F-16 dengan teknologi pesawat generasi ke-5 ini benar-benar meningkatkan kemampuan F-16 agar tetap relevan dan siap tempur untuk beberapa dekade ke depan," ujar Kelly.

Single engine vs multi-engine

Saat disinggung tentang pesaing-pesaing F-16V yang juga dilirik oleh Kementerian Pertahanan, seperti Eurofighter Typhoon, Rafale, dan F-15EX, yang ke semuanya adalah pesawat dengan mesin ganda, Kelly mengatakan mereka adalah pesawat dengan jenis berbeda.

"F-16 adalah pesawat tempur bermesin tunggal, sangat efisien dan terjangkau yang telah terbukti keandalannya lewat berbagai situasi tempur di dunia, dan selama ini membuktikan perannya di TNI AU," kata Kelly.

Soal perbedaan jumlah mesin ini, Kelly menyebut perbedaan biaya operasional antara pesawat bermesin tunggal dan ganda, bisa mencapai 25 persen.

Yang pasti, Kelly menegaskan bahwa F-16 Block 72 sebagai pesawat tempur generasi 4,5, memiliki kemampuan tempur untuk melakukan semua misi yang dibutuhkan TNI AU.

"Dan yang terpenting biaya operasi dan kepemilikannya lebih rendah dibanding pesawat dua mesin seperti F-15," terang Kelly.

F-16A/B Block 10 TNI-AU nomor ekor TS-1610 dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahyudi, dengan artwork spesial memperingati 30 tahun kesepakatan Peace Bima Sena I.Dispenau F-16A/B Block 10 TNI-AU nomor ekor TS-1610 dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahyudi, dengan artwork spesial memperingati 30 tahun kesepakatan Peace Bima Sena I.

Upgrade kemampuan

Untuk diketahui, pesawat-pesawat F-16 TNI AU yang dimiliki saat ini adalah varian Block 15, Block 25, dan Block 40. Semuanya adalah buatan tahun 1980-an.

Batch pertama F-16A/B Block 15 yang dikirim lewat proyek Peace Bima Sena I pada tahun 1986, telah mengikuti program enhanced midlife upgrade program (eMLU), yang selesai pada awal 2020.

Upgrade "peremajaan" itu memberikan peningkatan kemampuan F-16 dalam hal avionik, datalink, helmet mounted queuing system, dan kemampuan mengusung sistem persenjataan baru, sehingga setara dengan F-16C/D.

Namun, radar yang di-upgrade dalam konfigurasi eMLU adalah radar dengan pemindaian mekanik, alih-alih jenis elektronik aktif (AESA/active electronically scanned array) seperti dalam Block 72.

Sementara F-16  batch kedua yang dikirim lewat proyek Peace Bima Sena II pada 2017, yakni Block 40, pesawat tempur tersebut telah di-upgrade dengan kemampuan seperti di atas, sebelum dikirim ke Indonesia.

Saat ini pihak Lockheed Martin mengaku tengah berdiskusi dengan TNI AU untuk meng-upgrade lagi pesawat-pesawat tersebut, baik dengan konfigurasi eMLU agar sesuai dengan batch pertama, atau konfigurasi V yang mirip dengan Block 72.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com