Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch S. Hendrowijono
Pengamat Telekomunikasi

Mantan wartawan Kompas yang mengikuti perkembangan dunia transportasi dan telekomunikasi.

kolom

Luncurkan 5G, Tidak Sekadar Punya 2300 MHz

Kompas.com - 11/06/2021, 12:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Demikian juga, untuk mengejar kapasitas setara 5G, belum mungkin menggunakan rekayasa MIMO (multiple in-multiple out) dengan menggandakan antena-antena.

Namun diyakini, ketika pemerintah sudah mengeluarkan izin penggunaan spektrum milimeterband di 26 GHz dan 28 GHz dan seterusnya, upaya mengomersialkan 5G bisa lancar.

Tetapi, 5G masih memberi syarat lain. Di spektrum milimeterband, karena cakupannya sempit, investasi operator akan tinggi karena otomatis jarak antar-BTS jadinya rapat.

Apalagi jika diperlukan untuk transportasi mobil (autonomous vehicle) yang tidak boleh ada longgarnya pancaran sinyal si operator, agar mobil itu tidak melenceng yang justru dapat membahayakan masyarakat.

Karena investasinya tinggi, harga data 5G – diperkirakan – 10 kali lebih mahal dibanding 4G LTE, sehingga dipertanyakan apakah pasar ritel akan bisa dirambah operator 5G.

Dari beberapa uji coba, penggunaan layanan 5G paling cocok adalah untuk industri, perkebunan, pertanian, perkantoran, rumah sakit dan sebagainya.

Baca juga: Indonesia Bakal Punya Jalan Tol 5G hingga 1.300 MHz Pada 2024

Ada sedikit keperluan untuk rumah tangga 5G, kebanyakan rumah tangga para sultan, dengan menggunakan robot-robot, yang bisa dilaksanakan kalau gaji asisten rumah tangga (ART) sudah lebih mahal dari saat ini. Sepanjang gaji ART murah seperti sekarang, hanya sultan yang alergi terhadap ART yang akan menggunakan jasa 5G.

Fiberisasi dan bengekan

Di industri, pabrik-pabrik dan sebagainya, layanan 5G sangat ditunggu, karena bisa menyelesaikan banyak masalah. Misalnya tidak akan ada karyawan yang minta cuti hamil, tidak akan ada tambahan tunjangan keluarga karena pegawainya lumayan produktif di rumah, atau tidak usah ngurusi pegawainya yang bengekan.

Sedih dan bahagianya, 5G bahkan akan lebih dahsyat dibanding pandemi yang membuat maraknya PHK, tetapi juga memunculkan banyak usaha rumah tangga.

Teknologi 5G juga memunculkan IoT (internet of things) yang bisa memberi solusi bagi pekebun, peternak, petani dengan pengawasan dan otomatisasi kegiatan.

Misalnya melakukan penyiraman tanaman, memberi catu ternak dengan pakan yang terukur waktu dan besarannya, tanpa repot mengurusi keluhan dan hak karyawan.

Hanya saja, spektrum yang digunakan bukannya milimeterband namun gelombang panjang semisal 700 MHz dan 900 MHz, juga bahkan 450 MHz. Kelebihan spektrum ini bertolak belakang dengan milimeterband, sebab jarak antar-BTS bisa jauh karena radius jangkauan BTS-nya bisa sampai lima kilometer-an.

Hal lain yang bisa jadi prasyarat untuk operasional 5G adalah pemilikan serat optik (fibre optic) yang kapasitasnya nyaris tidak terbatas.

 

Fiber optik ini yang harus menjangkau semua BTS yang dioperasikan, sehingga kemampuan prima 5G bisa tersalurkan.

Dari semua operator, lagi-lagi Kelompok Telkom yang memiliki jaringan fiber optik terpanjang, sampai 100.000 kilometer, sementara Moratel baru 30.000 Km, yang itu pun sudah membahagiakan Smartfren ketika berhasil membeli 20 persen lebih saham Moratel.

Namun pemilikan fiber sepanjang itu belum optimal kalau “urat-urat” fiber belum masuk semua pelosok, menyambung semua BTS si operator.

Baca juga: 5G Diprediksi Membunuh PlayStation dkk

Dalam kaitan ini, XL Axiata pun menjual hampir semua menara BTS-nya, lalu menyewanya kembali, karena BTS nantinya tidak terlalu optimal tanpa semua tersambung ke serat optik. Dan, mereka sedang melakukan fiberisasi, menyambungkan serat optik ke semua BTS-nya.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com