Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebanjiran Kabar Duka di Medsos, Ini Dampak Psikologis dan Solusinya

Kompas.com - 09/07/2021, 18:35 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Apakah Anda merasa kerap mendapat kabar duka akhir-akhir ini? Perasaan itu mungkin cerminan dari kondisi nyata saat ini, di mana Indonesia sedang menghadapi gelombang tinggin kasus covid-19.

Pada Rabu (7/7/2021), misalnya, terdapat 1.040 orang pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Kabar duka pun datang silih berganti di media sosial. Adakah dampak kabar duka terhadap kejiwaan seseorang yang terus menerus terpapar?

Menurut Psikolog klinis dari Komunitas Love Yourself Indonesia, Alif Aulia Masfufah, paparan berita tidak menyenangkan seperti berita duka yang mengalir di media sosial (medsos), memiliki dampak yang besar terhadap kondisi psikologis seseorang.

Baca juga: Menkominfo Imbau Sertifikat Vaksin Tidak Dipamerkan di Medsos

Aulia menjelaskan, pada dasarnya, setiap manusia memiliki rasa kecemasan dan ketakutan akan meninggal. Hanya saja, masing-masing orang memiliki tingkat yang berbeda.

Selama pandemi, tingkat kecemasan diperparah dengan kondisi yang tidak menentu. Misalnya saja saat pemberlakuan pembatasan sosial yang turut mempengaruhi kondisi ekonomi.

"Orang yang awalnya tidak cemas, jadi cemas," ujar Aulia, ketika dihubungi KompasTekno melalui sambungan telepon, Kamis (9/7/2021).

Bisa bikin merasa kurang sehat

Selain karena kondisi yang tidak pasti, kecemasan juga merangsang cara manusia merespons lingkungan. Seperti ketika merespons berita duka atau kabar kerabat yang tidak sehat. Sebab, menurut Aulia, pikiran turut ambil peran atas kondisi tubuh.

Misalnya, ketika melihat orang sakit, kecemasan bisa menstimulus tubuh sehingga seolah-olah ikut merasa kurang sehat. Aulia menambahkan kondisi tersebut turut diperparah dengan karantina atau work from home (WFH) atau bekerja dari rumah.

Baca juga: Perilaku Selfie Berlebihan Kini Dikategorikan Sebagai Kelainan Mental

Selama WFH, otomatis tingkat bertemu dengan orang lain berkurang. Walhasil, beberapa orang menghabiskan waktunya dengan menenggelamkan diri di dunia maya. Namun, hal itu justru akan semakin memperparah dampak psikologis.

"Tidak beraktivitas, tidak bisa kemana-mana, tapi malah enggak produktif, malah scrolling media sosial yang kebanyakan (berita) negatif," jelas Aulia.

Cara mengatasi dampak berita duka di medsos

Menurut Aulia, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecemasan akibat paparan berita negatif, seperti berita duka. Pertama, identifikasi diri seberapa tinggi tingkat kecemasan yang dimiliki di kondisi normal atau sebelum pandemi.

Setelah mengetahui dan menyadari tingkat kecemasan yang dimiliki, kemudian bisa memusatkan pikiran di masa sekarang.

"Isi dengan kegiatan yang bermakna. Enggak usah terlalu mikir jauh ke depan, jauh ke belakang, nikmati yang sekarang, anggap pandemi ini sebagai momen bagi kita harus menjadi orang yang lebih baik," jelas Aulia.

Baca juga: Bermain Game di Rumah Selama Pandemi, Baik untuk Kesehatan Mental

Selanjutnya, Aulia menyarakan untuk bisa mengontrol hal-hal yang masih bisa dikendalikan, seperti penggunaan media sosial serta menyaring berita yang dikonsumsi. "Kontrol scrolling dan lebih produktif. Medsos bukan sepenuhnya berhenti, tapi dikurangi," imbuhnya.

Aulia juga menyarankan agar mengisi waktu luang selama karantina atau pembatasan sosial dengan kegiatan yang lebih produktif dan bermakna.

Namun, apabila segala cara itu belum berhasil mengurangi tingkat kecemasan, ia menyarankan untuk mengunjungi psikolog, terutama bagi mereka yang memiliki tingkat kecemasan tinggi sedari lahir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com