Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebaiknya Jangan Buka Medsos Saat Sedang Berduka, Ini Alasannya

Kompas.com - 10/07/2021, 17:31 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi


KOMPAS.com
- Media sosial (medsos) kini menjadi tujuan bagi orang-orang untuk mencari hiburan atau berkomunikasi dengan lebih banyak orang.

Namun, dalam kondisi yang tidak baik-baik saja seperti saat berduka, medsos belum tentu jadi tempat yang tepat untuk menghibur diri.  Alih-alih rasa senang, mengakses medsos di kala duka justru bisa bikin meradang.

Misalnya saja mudah terpicu berita atau unggahan yang tidak menyenangkan, sehingga membuat mudah tersinggung atau marah.

Psikolog klinis dari "Komunitas Love Yourself Indonesia", Alif Aulia Masfufah, mengatakan bahwa orang yang sedang berduka sebaiknya jangan meminta validasi atau menyalahkan sesuatu yang terjadi di media sosial

"Hal itu justru bisa menyakiti diri sendiri dan orang lain yang bersinggungan di medsos," ujar Aulia kepada KompasTekno lewat sambungan telepon, Jumat (9/7/2021).

Baca juga: Kebanjiran Kabar Duka di Medsos, Ini Dampak Psikologis dan Solusinya

Aulia menjelaskan bahwa cara orang menerima keadaan bisa berbeda-beda. Sementara di media sosial yang sifatnya sangat terbuka, ada beragam karakter pengguna lain yang bisa jadi justru memancing amarah orang yang masih dirundung duka.

Belum lagi banyaknya berita-berita yang tidak semuanya positif. "Karena media sosial ada banyak karakter dan kepribadian yang tidak bisa kita kontrol," paparnya.

Sebab itu, penting bagi pengguna untuk pandai-pandai memilah dan menyaring informasi yang dikonsumsi. Namun, Aulia menyarankan agar orang yang sedang berduka lebih fokus kepada diri sendiri lebih dulu.

Setelah bisa menerima keadaan, ia mulai bisa "merangkul" orang-orang terdekatnya, seperti anggota keluarga yang masih ada.

"Kalau kita tambah berduka dan tidak bisa melindungi lingkaran kecil (keluarga) akan muncul kecewa, amarah, dan lainnya," jelas Aulia.

Boleh ke medsos kalau sudah baik

Di sisi lain, apabila diri sendiri masih berjibaku dengan keadaan, Aulia menyarankan untuk diam dan membiarkan keadaan mengalir.

"Kalau sudah pasti baik-baik semuanya, boleh kembali lagi ke media sosial," imbuhnya.

Apabila kedukaan berlarut-larut dan seolah merasa kesulitan, tidak ada salahnya untuk meminta bantuan profesional agar kondisi bisa lekas membaik. Tidak hanya orang yang sedang berduka yang perlu mengontrol diri.

Orang lain yang menerima kabar duka, juga harus bisa merespons dengan manusiawi. Selain mengungkapkan duka cita dan mendoakan, Aulia mewanti-wanti agar orang lain yang menerima kabar duka untuk tidak ikut terkontrol suasana.

Baca juga: Bermain Game di Rumah Selama Pandemi, Baik untuk Kesehatan Mental

"Jangan biarkan kognitif kita dikendalikan berita duka," katanya.

Menurut Aulia, selama pandemi ada ada pola yang terbentuk tiap kali mendengar kabar duka terkait Covid-19.

Misalnya, muncul reaksi badan yang tiba-tiba kurang sehat setelah mendengar kabar duka atau kerabat yang sedang sakit. Hal itu diakibatkan karena adanya rasa cemas yang dipicu oleh kondisi.

Bahkan, perilaku lain juga bisa muncul, seperti panic buying akibat kecemasan berlebih karena kurang mampu mengontrol pikiran.

"Jika terjadi hal tersebut, kita harus segera sadar. Bisa minta tolong orang sekitar agar mau membantu kita untuk sadar dan tidak lagi dikontrol (rasa duka)," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com