"Ini persaingan, tapi kami sebenarnya juga bermitra dengan mereka dalam banyak hal. Anda harus melihat setiap masalah sebagai 'apakah itu strategis atau tidak'," jelas Schmidt.
Ketika ditanya soal pesaingan di semikonduktor, Schmidt berpendapat menggelontorkan uang ke sektor tersebut tidak cukup menyelesaikan masalah.
Sebab, salah satu pabrikan semikonduktor raksasa asal Taiwan, yakni Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC), sudah bergerak di industri tersebut selama 20 tahun.
"Itu adalah hal yang sulit dilakukan," katanya.
TSMC sendiri berencana membuka pabrik di China dan Arizona. Menurut Schmidt, untuk beberapa alasan teknis, pabrik tersebut tidak akan secanggih fasilitas pabrik yang ada di Taiwan.
"Bagi saya, China sangat bergantung pada Taiwan, tapi begitu juga dengan AS, karena AS keluar dari bisnis ini 15-20 tahun lalu," jelas Schmidt.
Ia juga menekankan pentingnya membangun fasilitas pabrik di AS sebaik di Taiwan. Schmidt juga menyinggung Samsung, yang dinilainya kurang mendapat apresiasi di industri semikonduktor. Padahal menurutnya, Samsung dengan chipset Exynos sangat baik.
Baca juga: Microsoft Caplok Perusahaan Kecerdasan Buatan Senilai Rp 288 Triliun
Meskipun ia telah memberikan rekomendasi, Schmidt belum mengetahui kapan rekomendasinya akan diadopsi pemerintahan Joe Biden. Sebab, saat ini, Biden masih fokus mengendalikan pandemi covid-19 di negaranya.
Schmidt mengklaim bahwa komisinya memainkan peran besar dalam mendorong Senat membuat Undang-undang (UU) Innovation and Competition Act yang memuat investasi besar-besaran dalam bidang AI, komputasi kuantum, dan penelitian mutakhir lainnya.
"Kami jelas akan terus mendorong upaya untuk mengubah RUU itu menjadi UU," kata Schmidt.
Komisi tersebut akan dibubarkan ada bulan Oktober setelah menyerahkan laporan akhir kepada pemerintah awal tahun ini sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Nikkei Asia, Senin (12/7/2021)
"Saya harap ada kelompok yang akan melanjutkan pekerjaan ini," pungkas Schimdt.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.