Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Ungkap Smarwatch Bisa Pantau Efek Jangka Panjang Penyintas Covid-19

Kompas.com - 12/07/2021, 09:14 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

Misalnya, mengalami peningkatan detak jantung saat istirahat yang berkepanjangan.

"Ada perubahan yang jauh lebih besar dalam resting heart rate untuk individu yang terinfeksi Covid-19 dibandingkan dengan infeksi virus lainnya," kata Jennifer Radin, seorang ahli epidemiologi di Scripps yang memimpin riset DETECT.

Para ilmuwan menemukan bahwa sekitar sembilan hari setelah partisipan dengan Covid-19 pertama kali mulai melaporkan gejala, detak jantung mereka turun.

Setelah penurunan ini, detak jantung partisipan akan naik lagi dan tetap tinggi selama berbulan-bulan. Butuh rata-rata waktu 79 hari, agar detak jantung istirahat partisipan dengan Covid-19 kembali normal.

Hal ini sangat berbeda dengan partisipan yang tidak terinfeksi Covid-19, di mana mereka hanya butuh waktu empat hari agar detak jantung kembali normal, setelah sakit.

Peningkatan detak jantung yang berkepanjangan ini menjadi salah satu tanda bahwa Covid-19 mengganggu sistem saraf otonom, yang mengatur proses fisiologis dasar.

"Banyak orang yang terkena Covid akhirnya mengalami disfungsi otonom dan semacam peradangan berkelanjutan, dan ini dapat berdampak buruk pada kemampuan tubuh mereka untuk mengatur denyut nadi mereka," kata Radin.

Baca juga: Sertifikat Vaksin Covid-19 Bisa Dicetak seperti KTP atau Kartu ATM

Hasil analisis juga menunjukkan, sebagian partisipan dengan Covid memiliki detak jantung di atas normal. Di mana rata-rata perubahan resting heart rate-nya lebih dari lima detak per menit, selama satu hingga dua bulan setelah terinfeksi Covid-19.

Hampir 14 persen di antara mereka, baru kembali memiliki detak jantung yang normal setelah 133 hari atau lebih dari empat bulan setelah terinfeksi Covid-19.

Dapat menyebabkan stroke

Kondisi detak jantung yang cepat ini disebut juga dengan istilah takikardia, sebagaimana dihimpun dari situs Mayoclinic.

Dalam beberapa kasus, takikardia mungkin tidak menimbulkan gejala atau komplikasi. Namun takikardia juga dapat mengganggu fungsi jantung normal dan menyebabkan komplikasi serius, seperti gagal jantung, stroke, serangan jantung mendadak, bahkan kematian.

Di samping itu, para peneliti juga menemukan, pemulihan tingkat tidur dan yang berkaitan dengan aktivitas fisik pada partisipan dengan Covid-19 akan jauh lebih lambat, ketimbang partisipan dengan penyakit lain.

Baca juga: Lokasi Vaksin Covid-19 di Jakarta Bisa Dicari lewat Google Maps, Begini Caranya

Mengomentari temuan dari penelitian ini, seorang ahli gastroenterologi di rumah sakit Mount Sinai, Robert Hirten mengatakan ini adalah penelitian yang menarik dan penting.

"Ini adalah studi yang menarik, dan saya pikir ini penting bagaimana smartwatch dapat memantau orang dalam jangka waktu yang lama untuk melihat secara objektif, bagaimana sebenarnya virus itu memengaruhi mereka" kata Hirten, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari New York Times, Senin (12/7/2021).

Temuan para ilmuwan asal Scripps Research Translational Institute telah dipublikasi di situs Jama Network Open, bisa dibaca selengkapnya di tautan berikut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com