Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1.069 Mesin Penambang Bitcoin Dilindas dan Dihancurkan Polisi Malaysia

Kompas.com - 20/07/2021, 17:02 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

Sumber the star

KOMPAS.com - Kepolisian Kota Miri, Serawak, Malaysia menghancurkan 1.069 mesin yang digunakan untuk menambang Bitcoin. Ribuan mesin tersebut disita kepolisian dalam sejumlah penggrebekan selama periode Februari hingga April tahun ini.

Ribuan mesin tersebut diperkirakan bernilai 5,3 juta ringgit atau sekitar Rp 18,2 miliar (kurs Rp 3.400).

Penyitaan dan penghancuran mesin penambang Bitcoin tersebut dilakukan atas dakwaan pencurian pasokan listrik. Menurut laporan beberapa media lokal setempat, pencurian pasokan listrik sangat mengkhawatirkan karena bisa menyebabkan pemadaman total.

Sejak bulan Februari hingga April lalu, perusahaan listrik negara Malaysia, Sarawak Energy Berhad menggandeng kepolisian untuk melakukan operasi pencurian pasokan listrik oleh penambang mata uang kripto. Polisi pun menggerebek sebagian lokasi di sekitar Kota Miri.

Baca juga: Berapa Listrik yang Dihabiskan untuk Menambang 1 Keping Bitcoin?

Kepala Kepolisian Hakemal Hawari mengatakan mereka menangkap enam orang yang kini ditahan karena keterlibatannya dalam operasional penambangan mata uang kripto.

"Total enam orang berhasil dijatuhi hukuman berdasarkan pasal 379 KUHP untuk pencurian listrik berupa denda 8.000 ringgit (sekitar Rp 27,5 juta) serta kurungan hingga delapan bulan," jelas Hawari, dirangkum KompasTekno dari The Star, Selasa (20/7/2021).

Selain melakukan penangkapan dan penyitaan, polisi juga menghancurkan rumah yang digunakan para penambang Bitcoin.

Hawari mengatakan, "PLN" Malaysia merugi hingga 8,4 juta ringgit (sekitar Rp 28,9 miliar) akibat aktivitas penambangan Bitcoin di kawasan Miri.

"Pencurian listrik untuk penambangan Bitcoin menyebabkan pemadaman listrik yang sering terjadi, dan di tahun 2021 tiga rumah dihancurkan karena pasokan listrik ilegal," jelas Hawari.

Baca juga: Bukti Kerakusan Penambang Kripto, Tiga Bulan Belanjakan Rp 7 Triliun

Ribuan CPU yang disita kepolisian Miri, Serawak, Malaysia rata dengan tanah setelah dihancurkan dengan alat berat.Facebook/Polis Daerah Miri Ribuan CPU yang disita kepolisian Miri, Serawak, Malaysia rata dengan tanah setelah dihancurkan dengan alat berat.
Sebagai informasi, mata uang kripto seperti Bitcoin dihasilkan melalui serangkaian perhitungan algoritma rumit di komputer atau disebut dengan penambangan atau mining.

Tidak semua mesin komputer mampu melakukan penambangan. Penambangan bitcoin sendiri membutuhkan daya yang sangat tinggi.

Baca juga: Video Detik-detik Ribuan Mesin Penambang Bitcoin Digilas Traktor

Menurut laporan dari US Senate Commitee on Energy and Natural Resources yang diterbitkan pada Agustus 2018 lalu, sekitar 1 persen dari total konsumsi energi listrik global dihabiskan untuk menambang Bitcoin selama periode tersebut.

Konsumsi listrik komputer di jaringan Bitcoin berkisar 130 terawatt-hour (TWh) per jam. Angka tersebut lebih tinggi dibanding konsumsi listrik seluruh negara Argentina yang berkisar 125 TWh dan mendekati Malaysia sebesar 147 TWh.

Namun, angka itu baru mewakili aktivitas penambangan Bitcoin saja, belum termasuk mata uang kripto lain seperti Ethereum, Dogecoin, atau lainnya.

Sehingga, kemungkinan energi listrik yang digunakan untuk menambang keseluruhan jenis mata uang kripto lebih besar dari angka dalam laporan tersebut.

Baca juga: Tambang Kripto China Bertumbangan, GPU di Indonesia Turun Harga?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber the star


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com