Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Spyware Pegasus Serang Pejabat di Negara Sekutu AS

Kompas.com - 26/07/2021, 17:10 WIB
Bill Clinten,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada 2019 lalu, WhatsApp mengumumkan bahwa ada sekitar 1.400 perangkat pengguna di 20 negara yang terjangkit program pengintai (spyware) buatan perusahaan Israel (NSO Group) yang dikenal sebagai Pegasus.

Dari ribuan pengguna tersebut, mereka mengklaim bahwa 100 orang di antaranya merupakan perangkat para aktivis, pengacara, jurnalis, dan akademisi.

Kini, Head of WhatsApp, Will Cathcart mengungkap informasi terbaru. Ia mengatakan bahwa para pejabat senior di pemerintahan juga menjadi target serangan spyware tersebut.

Ia tidak mengumbar berapa jumlah pejabat yang terjangkit spyware tersebut, begitu juga asal negaranya. Yang jelas, beberapa di antaranya disebut bekerja di bidang keamanan nasional di negara-negara yang merupakan sekutu Amerika Serikat (AS).

Cathcart turut mengklaim bahwa sebagian besar pengguna WhatsApp yang menjadi korban Pegasus adalah mereka yang biasanya tidak menjadi "target pengintaian".

Baca juga: Apa Itu Spyware Pegasus dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Padahal, NSO Group mengklaim spyware Pegasus dirancang dan dijual kepada para klien mereka untuk mengintai para kriminal dan pelaku kejahatan lainnya.

Bahaya spyware Pegasus

Karena dipakai di luar tujuannya, Cathcart mengaku khawatir soal keamanan smartphone pengguna di seluruh dunia.

Sebab, apabila perangkat terinfeksi Pegasus, maka orang yang mengirimkannya bisa menguasai perangkat korban secara diam-diam.

Bahkan, orang tersebut bisa melihat riwayat interaksi dan lokasi korban, mengaktifkan mikrofon untuk menyadap pembicaraan korban, serta mengaktifkan kamera untuk mengintai pergerakan korban tanpa diketahui.

Kekhawatiran inilah yang membuat WhatsApp menggugat NSO Group pada 2019 lalu. Namun, NSO Group mengelak dan berdalih bahwa klien mereka telah menandatangani kontrak yang yang berisi bahwa Pegasus hanya akan menargetkan pelaku kriminal.

NSO Group juga mengatakan mereka tidak mengetahui penggunaan Pegasus oleh masing-masing klien.

Baca juga: Presiden Perancis Ganti Ponsel karena Spyware Pegasus

Selain langkah hukum, Cathcart mengatakan pihaknya saat ini terus melakukan pendekatan kepada pemerintah di sejumlah negara terkait bahaya dari spyware Pegasus.

Ia juga mengajak perusahaan teknologi, salah satunya Apple untuk memperkenalkan efek dari program berbahaya (malware) dan spyware sekelas Pegasus. Seperti diketahui, iPhone sendiri konon rentan terhadap spyware tersebut.

"Jika Pegasus menjangkit para jurnalis di seluruh dunia, maka spyware tersebut menjangkit para pembela hak asasi manusia di seluruh dunia, yang tentunya akan berpengaruh pada kita semua," ujar Cathcart, sebagaimana dikutip KompasTekno dari TheGuardian, Senin (26/7/2021),

"Dan apabila ponsel seseorang tidak aman, itu artinya semua ponsel tidak aman," pungkas Cathcart.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com