Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Seputar Pergantian File APK Android Menjadi AAB

Kompas.com - 02/08/2021, 18:03 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mulai 1 Agustus, Google resmi mengganti format file aplikasi Android Package Kit atau APK (.apk) dengan format baru, yakni Android App Bundle atau AAB (.aab). Format file APK sendiri sudah diluncurkan lebih dari satu dekade lalu.

Dengan demikian, seluruh pengembang aplikasi Android harus menggunakan format AAB untuk mendistribusikan aplikasinya diplatform Android. Google memperkenalkan format file AAB pada acara Google I/O 2018 lalu.

Perbedaan file APK dan AAB

Sejatinya, AAB maupun APK tak berbeda jauh. Keduanya sama-sama merupakan file berukuran besar yang memuat bermacam-macam kode untuk satu aplikasi Android. Hanya saja, file AAB diklaim lebih dinamis, dalam artian bisa menyesuaikan dengan konfigurasi perangkat.

Sebagai contoh, pengguna ingin mengunduh aplikasi yang memiliki fitur 4K, tapi ponselnya tidak mendukung fitur tersebut. Maka, ketika aplikasi dengan format AAB itu diunduh ke perangkatnya, fitur 4K tidak akan disertakan.

Baca juga: Mengenal AAB, Pengganti APK Android Mulai 1 Agustus 2021

Contoh lain, jika pengguna menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam konfigurasi perangkat, maka hanya dua bahasa itu saja yang disertakan oleh aplikasi yang terpasang, meskipun ada dukungan untuk bahasa lain.

Penyesuaian fitur dengan kemampuan perangkat dan preferensi pengguna ini sebelumnya belum tersedia secara umum dalam format file APK.

AAB lebih langsing dan aman

Ukuran file AAB yang lebih kecil dibanding APK menjadi perbedaan yang paling disorot oleh Google. Google mengklaim ukuran file AAB lebih kecil 15 persen dibanding AAB.

File yang langsung minimalis ini didapatkan dari proses ketika programer mengunggah aplikasi AAB ke Google Play. File AAB yang diunggah ke Google Playakan dipecah menjadi paket-paket file APK.

Masing-masing pecahan file APK terdiri dari sumberdaya (resource) dan aset untuk menjalankan aplikasi sesuai konfigurasi perangkat. Jadi, setiap perangkat akan mendapat pecahan APK terpisah yang berbeda, sesuai spesifikasi dan kemampuan perangkat.

Mekanisme ini disebut lebih mempermudah para pengembang ketika mengunggah satu file AAB besar, ketimbang mengirimkan banyak file APK ke Google Play lalu memodifikasinya, seperti menyesuaikan bahasa dan fitur, berdasarkan wilayah.

Baca juga: Google Ganti File APK Android Jadi AAB, Apa Pengaruhnya untuk Pengguna?

Selain itu, file AAB juga diklaim lebih aman karena melalui proses pengecekan dan verifikasi (signing) oleh Google.

Google akan mengecek apakah aplikasi yang akan dipasang pengguna sudah bebas dari program jahat (malware) atau tidak. Sebelumnya, tugas signing ini menjadi tanggungjawab pengembang aplikasi, bukan Google.

Namun kekurangannya, proses modifikasi atau perbaikan bug dalam aplikasi akan memakan waktu lebih lama dibanding sebelumnya, karena proses signing dilimpahkan ke pihak Google.

Sebab, pengembang aplikasi tidak bisa langsung menerapkan perbaikan ke aplikasinya, dan harus melalui persetujuan Google lebih dulu.

Hemat memori, minim risiko error, dan update lebih mudah

Ukuran file yang lebih ramping membuat konsumsi ruang penyimpanan lebih irit pula. Kebutuhan bandwidth untuk mengunduh aplikasi juga lebih hemat, serta proses instalasi ke perangkat juga bisa lebih ringkas.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com