KOMPAS.com - Smartphone kini sudah menjadi perangkat penting dalam kehidupan manusia. Sudah menjadi rahasia umum pula bahwa sebagian pengguna tak bisa lepas dari ponsel miliknya, bahkan ketika mereka tidur.
Pengguna seringkali meletakkan ponsel miliknya di atas kasur hingga di bawah bantal. Alasannya beragam, entah karena mendengarkan musik, memastikan alarm yang disetel terdengar jelas, atau sekadar memudahkan ponsel untuk dijangkau bila ada notifikasi masuk.
Apapun alasannya, sebenarnya meletakkan ponsel di atas kasur bisa menimbulkan efek jangka panjang yang tidak baik untuk kesehatan pengguna.
Oleh karena itu, bila tak berniat mematikan daya ponsel, pengguna dianjurkan untuk menyimpan ponselnya beberapa meter dari tempat tidurnya.
Berikut empat alasan penting untuk tidak menaruh ponsel di atas kasur saat tidur.
Alasan penting untuk tidak lagi meletakkan ponsel di kasur atau bahkan di bawah bantal ialah adanya risiko kebakaran.
Kebiasan menaruh ponsel di bawah bantal terbukti bisa membahayakan keselamatan pengguna, seperti yang dialami Ariel Tolfree, seorang remaja asal Texas, Amerika Serikat, pada 2014.
Saat tertidur, ia terbangun karena mencium bau barang terbakar. Ternyata bau terbakar itu berasal dari ponsel miliknya yang ia letakkan di bawah bantal.
Ponselnya itu terlihat memercikkan api kecil yang keluar dari bagian baterai ponsel. Alhasil, bantal dan sebagian sisi seprai kasur Tolfree hangus terbakar, sebagaimana dihimpun dari DailyMail.
Baca juga: Main Smartphone Sebelum Tidur Baik untuk Kesehatan?
Untuk ponsel milik Tolfree sendiri, dalam buku manual, vendor pembuat ponsel tersebut sudah menyebutkan bahwa ada risiko kebakaran jika gadget tertutup selimut atau bahan tebal lainnya, sebagaimana dihimpun dari ABC News.
Ponsel memang diketahui memancarkan radiasi karena perangkat ini menggunakan frekuensi radio untuk bisa berfungsi.
Misalnya, ponsel generasi kedua, ketiga, dan keempat (2G, 3G, 4G) memancarkan frekuensi radio dalam rentang frekuensi 0,7–2,7 GHz, serta ponsel generasi kelima (5G) yang diperkirakan menggunakan spektrum frekuensi hingga 80 GHz.
Menurut laman resmi National Cancer Institute (NCI), badan pemerintah AS untuk penelitian kanker, semua frekuensi ini termasuk dalam rentang spektrum non-ionisasi, yaitu frekuensi rendah dan energi rendah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.