Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bapak Internet dan Penemu Vaksin AstraZeneca, Dua Ilmuwan yang Enggan Patenkan Temuannya

Kompas.com - 10/08/2021, 10:10 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Internet dan vaksin Covid-19 AstraZeneca. Keduanya sepintas tidak memiliki hubungan. Namun kedua penemunya, yakni Tim Berners Lee (pencipta www) dan Sarah Gilbert (pencipta vaksin AstraZeneca) memiliki kesamaan.

Keduanya sama-sama memberikan hasil karya terbaik mereka untuk kepentingan jutaan umat manusia tanpa memikirkan harta, dengan melepas hak paten ciptaannya.

Berners Lee memilih tidak mematenkan teknologi world wide web (www) ciptaannya. Sarah Gilbert dan tim peneliti AstraZeneca, juga tidak mematenkan vaksin Covid-19 buatan mereka.

Siapa tidak tahu internet saat ini? Lebih dari separuh penduduk bumi kini mengakses internet. Menurut data dari We Are Social, 4,66 juta dari 7,83 juta penduduk dunia terkoneksi dengan internet pada tahun 2020.

Baca juga: Ini yang Terjadi di Internet dalam 60 Detik

Internet yang kita pakai saat ini sejatinya adalah sebuah software berbasis hypertext yang berjalan di atas internet. Software yang kini lebih akrab disebut sebagai Web itu pertama kali diciptakan pada 1989.

Sulit ditampik bahwa internet, yang dikembangkan oleh Tim Berners Lee, sudah menjadi kebutuhan penting bagi sebagian umat manusia saat ini.

Seperti internet, kesehatan manusia juga menjadi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Di tengah "perang" melawan pandemi Covid-19, vaksin menjadi salah satu "senjata" penting untuk menjaga kesehatan dan terhindar dari paparan virus Covid-19.

Kini, beberapa ilmuwan dunia telah menciptakan beberapa vaksin yang sudah digunakan masyarakat. Salah satunya adalah Sarah Gilbert, ilmuwan yang mengetuai tim pengembang vaksin Oxford yang kini dijual masal dengan merek AstraZeneca.

Menariknya, Sarah Gilbert rela melepas hak paten penemuan AstraZeneca yang seharusnya bisa membuat Gilbert meraup banyak pundi-pundi.

"Saya menolak untuk mematenkan vaksin, tidak untuk mendapat royalti atas kerja keras saya (dan tim)," kata guru besar vaksinologi universitas Oxford itu, dirangkum dari The Star.

Baca juga: Rekor Dunia, Kecepatan Internet Tembus 319 Terabit Per Detik

Langkah ini sedikit banyak mirip seperti apa yang dilakukan oleh Lee. Bapak internet itu enggan mematenkan hak ciptanya. Karena keputusannya tersebut, Lee tidak pernah mendapatkan keuntungan langsung dari web.

Tim juga memilih untuk merilis source code peramban World Wide Web (WWW) ke domain publik. Menurut Lee, WWW harus bersifat open source. Ia paham betul jika web, hanya bisa berkembang apabila tidak dibatasi dengan paten, biaya, royalti, atau kontrol lainnya.

Dengan demikian, setiap pengguna internet bisa menciptakan produk atau jasa mereka sendiri atas web. Pemikiran ini mirip dengan apa yang diutarakan oleh Gilbert, ketika ditanya alasannya melepas hak paten AstraZeneca.

Sarah Gilbert, salah satu ilmuwan pencipta vaksin AstraZeneca.UNIVERSITY OF OXFORD Sarah Gilbert, salah satu ilmuwan pencipta vaksin AstraZeneca.

"Saya tidak ingin mengambil hak paten penuh karena saya ingin membagi keuntungan intelektual agar semua orang bisa memproduksi vaksin mereka," kata wanita berusia 59 tahun tersebut.

Keputusan Gilbert ini membuat AstraZeneca selaku produsen vaksin, sepakat untuk tidak mengambil keuntungan apa pun dari penggunaan vaksin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com