Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Bukti Orang Indonesia Jarang Keluar Rumah Selama PPKM

Kompas.com - 26/08/2021, 15:03 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 ini membuat masyarakat dunia membatasi aktivitas di luar rumah, demi memutus mata rantai penyebaran virus.

Nah, selama pandemi ini, Google rajin memperbarui data mobilitas masyarakat dunia dalam bentuk grafik, termasuk data mobilitas masyarakat di Indonesia.

Dengan data ini, pengguna bisa melihat perbandingan pergerakan masyarakat di tempat-tempat umum, tempat kerja, pertokoan, hingga pemukiman saat sebelum adanya pandemi dan setelah adanya pandemi.

Baca juga: PPKM Level 4, Tingkat Kerumunan di Pemukiman Meningkat

Dari data itu, ternyata, masyarakat Indonesia terpantau masih betah berada di rumah dan mengurangi kunjungan ke tempat-tempat umum, selama beberapa minggu terakhir, yang bertepatan dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Hal ini terlihat dari laporan terbaru bertajuk "Mobilitas Masyarakat Selama Pandemi Covid-19" untuk periode 10 Juli hingga 21 Agustus, di mana di sejumlah wilayah di Jawa-Bali memberlakukan aturan PPKM.

Hasil data mobilitas tersebut didapat setelah dibandingkan dengan data baseline mobilitas masyarakat Indonesia sebelum pandemi (6 Januari – 3 Februari 2020).

Pengguna bisa mengakses grafik mobilitas ini dengan mengunjungi laman Google News Covid-19 melalui tautan berikut, lalu gulirkan layar ke paling bawah hingga ke bagian "mobility changes". 

Masih memilih diam di rumah

Peningkatan mobilitas masyarakat Indonesia di wiliyah pemukiman periode 10 Juli hingga 21 Agustus. Google Peningkatan mobilitas masyarakat Indonesia di wiliyah pemukiman periode 10 Juli hingga 21 Agustus.
Secara umum, data mobilitas masyarakat Indonesia di area pemukiman selama beberapa minggu terakhir ini (10 Juli - 21 Agustus) mengalami peningkatan hingga 8 persen.

Persentase mobilitas di area pemukiman ini meningkat dari laporan mobilitas yang sama dari Google yang dirilis Februari 2021 lalu. Ketika itu, pergerakkan masyarakat di area pemukiman hanya naik 5 persen.

Baca juga: Mal Ditutup karena PPKM Darurat, Tukang Servis HP Buka Lapak di Pinggir Jalan

Data terbaru, dari 34 provinsi, Google melaporkan 27 provinsi di antaranya tercatat mengalami peningkatan jumlah kerumunan di wilayah pemukiman, bila dibandingkan dari hari sebelum adanya pandemi (baseline). Kisaran peningkatan per provinsi berkisar di angka 1 hingga 12 persen.

Adapun provinsi yang mengalami peningkatan mobilitas di area pemukiman paling besar di antaranya adalah Bali (12 persen), Yogyakarta (12 persen), DKI Jakarta (10 persen), Banten (10 persen), serta Jawa Barat (10 persen).

Apa artinya? Ini menunjukkan bahwa masyarakat masih memilih berdiam di rumah selama PPKM, dibandingkan harus bepergian.

Kurangi kunjungi ke tempat umum

Tingkat mobilitas masyarakat Indonesia periode 10 Juli hingga 21 Agustus.Google Tingkat mobilitas masyarakat Indonesia periode 10 Juli hingga 21 Agustus.
Sejalan dengan lebih banyaknya aktivitas di dalam rumah, tingkat kerumunan masyarakat Indonesia di tempat-tempat umum seperti pusat transportasi, mal, kafe, hingga tempat rekreasi terbuka juga menunjukkan penurunan.

Misalnya, Google mencatat, kunjungan masyarakat di stasiun KRL, terminal bus, dan stasiun kereta api turun hingga 36 persen.

Lalu pergerakan masyarakat di tempat-tempat seperti taman nasional, pantai umum, taman dan lapangan terbuka juga terpantau menurun, mencapai 25 persen.

Penurunan mobilitas masyarakat Indonesia periode 10 Juli hingga 21 Agustus.Google Penurunan mobilitas masyarakat Indonesia periode 10 Juli hingga 21 Agustus.
Mobilitas masyarakat di tempat-tempat seperti restoran, kafe, mal, bioskop tercatat turun 15 persen.

Tren kerja dari rumah alias work from home (WFH) selama pandemi juga membuat pergerakan masyarakat di tempat kerja cukup menurun walau tidak terlalu signifikan, yakni sebesar 11 persen.

Kunjungan ke apotek dan pasar meningkat

Meski demikian, pada periode 10 Juli hingga 21 Agustus ini, masyarakat Indonesia secara umum terpantau lebih banyak mengunjungi tempat-tempat seperti apotek, toko obat, supermarket, hingga pasar tradisional. Angka kenaikannya sebesar 12 persen.

Hal ini agaknya disebabkan karena masyarakat masih banyak yang pergi ke tempat-tempat itu untuk membeli dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mulai dari sembako, obat-obatan, bahan makanan, minum, dan lain sebagainya.

Baca juga: Ganjil Genap PPKM Bisa Dihindari dengan Google Maps

Hasil ini cukup berbeda dari laporan mobilitas Google pada Februari 2021 lalu. Pada periode 10 Januari hingga 21 Februari, mobilitas masyarakat untuk belanja di pasar dan apotek justru turun hingga 5 persen.

Bila pengguna ingin melihat data mobilitas masyarakat Indonesia per provinsi, bisa mengunduh data "Mobilitas Masyarakat Selama Pandemi Covid-19" untuk periode 10 Juli hingga 21 Agustus melalui tautan berikut ini.

Cara Google kumpulkan data

Senior Product Managers of Public and Environmental Health Google Health, Tomer Shekel mengungkapkan, data ini disediakan Google untuk membantu masyarakat hingga pihak berwenang untuk mengetahui pola pergerakan masyarakat.

Dari grafik data mobilitas ini, kata Shekel, setidaknya ada tiga insight yang bisa didapatkan, yaitu:

  • Bisa melihat perubahan mobilitas orang sejak adanya kebijakan social distancing/lockdown
  • Bisa terlihat dampak sosial dari penurunan/kenaikan mobilitas ini. Misalnya adanya pengurangan pengunjung di mal, kafe, restoran, dan sebagainya
  • Lalu bisa melihat tren aktivitas ekonomi masyarakat.

"Misalnya, apakah orang-orang sudah mulai menggunakan transportasi publik lagi atau sudah mulai bekerja di kantor lagi?" kata Shekel, Kamis (26/8/2021).

Baca juga: Facebook Tetap Bisa Melacak Lokasi Pengguna Meski Tanpa Izin

Sebagai informasi, hasil data mobilitas masyarakat ini didapatkan dari data anonim dari pengguna yang menyalakan fitur "Location History" di perangkat Android miliknya.

Lalu dibandingkan dengan data baseline mobilitas masyarakat Indonesia sebelum adanya pandemi, yaitu periode 6 Januari – 3 Februari 2020).

Google mengklaim bahwa pihaknya tidak mengambil data pribadi penggunanya. Sebab, mekanisme pengumpulan data disebut mirip dengan apa yang sudah mereka terapkan di beragam aplikasi bikinannya, salah satunya Google Maps.

Adapun fitur Location History tadi memang mati secara default, dan bisa diaktifkan atau dinon-aktifkan melalui pengaturan di halaman akun Google. Artinya, fitur tersebut tak akan menyala tanpa persetujuan dari pengguna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com