Bila badai matahari ekstrem selanjutnya benar-benar menciptakan "kiamat internet", maka koneksi internet di seluruh benua bisa saling terputus satu dengan yang lainnya.
Menurut penelitian, negara-negara yang berada garis lintang tinggi, lebih rentan terhadap cuaca matahari daripada negara-negara di garis lintang yang lebih rendah.
Negara dengan garis lintang tinggi maksudnya adalah negara yang letak astronomisnya berada pada 66,5° - 90° LS/LU dekat dengan wilayah kutub, seperti Amerika Serikat dan Inggris.
Jika terjadi badai geomagnetik yang dahsyat, negara-negara dengan garis lintang tinggi itulah yang kemungkinan besar akan terdampak dan terputus dari jaringan internet terlebih dahulu.
Ketika kabel internet bawah laut terdampak gangguan geomagnetik dari badai matahari ekstrem, sulit diprediksi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperbaikinya.
Baca juga: 4 Provinsi dengan Internet Seluler Terkencang di Indonesia
Oleh karena itu, Abdu Jyothi mengindikasikan pemadaman internet skala besar yang berlangsung beberapa minggu atau bulan terakhir mungkin terjadi. Inilah yang disebut kiamat internet.
Abdu Jyothi juga mengindikasikan, kiamat internet ini juga akan langsung berdampak pada sektor ekonomi. Sebab, jutaan orang bisa kehilangan mata pencaharian selama koneksi internet terputus.
"Dampak ekonomi dari gangguan Internet selama sehari di AS diperkirakan lebih dari 7 miliar dollar AS (kira-kira Rp 99.720 triliun)," tulis Abdu Jyothi dalam penelitiannya.
"Bagaimana jika jaringan tetap tidak berfungsi selama berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan?" tambah dia, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari LiveScience, Rabu (8/9/2021).
Oleh karena itu, Abdu Jyothi menyarankan agar operator jaringan untuk mulai menganggap serius ancaman cuaca matahari yang ekstrem.
Ia juga menyarankan agar manusia mulai mengembangkan tes ketahanan infrastruktur internet yang berfokus pada efek kegagalan jaringan skala besar.
Baca juga: Mengenal Jaringan Kabel Bawah Laut, Jalan Tol Internet Dunia
Menurut penelitian Abdu Jyothi, para ilmuwan memperkirakan kemungkinan cuaca luar angkasa ekstrem yang berdampak langsung ke Bumi antara 1,6 persen hingga 12 persen per dekade.
Menurut catatan sejarah, ada dua bencana badai matahari ekstrem yang terjadi, yakni pada 1859 dan 1921.
Badai matahari tahun 1859 atau yang disebut juga sebagai Peristiwa Carrington, menciptakan gangguan geomagnetik yang begitu parah di Bumi.
Akibatnya, kabel telegraf terbakar. Lalu, aurora yang biasa hanya terlihat di kutub, bahkan juga menjadi terlihat di negara dekat khatulistiwa, Kolombia.
Badai matahari yang lebih kecil pada 1989 juga pernah membuat seluruh provinsi Quebec di Kanada padam selama sembilan jam.
Penelitian Abdu Jyothi selengkapnya bisa dibaca melalui tautan berikut ini.
Baca juga: Profil Tim Berners-Lee, Bapak Internet yang Sedih Melihat Ciptaannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.