Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terungkap, Keberadaan 1.000 Karyawan Penyortir Chat WhatsApp

Kompas.com - 08/09/2021, 12:32 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

WhatsApp juga dinilai lebih banyak mengumpulkan metadata yang tidak terenkripsi dari penggunanya, dibanding pesaingnya, seperti Signal. Metadata itu bisa digunakan untuk kasus hukum.

Misalnya, membantu jaksa menangani kasus besar saat mantan pegawai Departemen Keuangan Maerika Serikat, Natalie May Edward membocorkan dokumen rahasia ke salah satu media online dan membeberkan bagaimana uang-uang kotor mengalir ke bank-bank AS.

Menurut CEO WhatsApp, Will Catchcart, batasan antara privasi pengguna dan penegak hukum bukanlah persoalan besar.

Pendapat ini bertolak belakang dengan CEO Telegram, Pavel Durov, yang menolak menyerahkan kunci enkripsi pengguna untuk berbagi data dengan pengawas komunikasi Rusia.

"Saya pikir, kami sangat bisa memiliki keamanan dan keselamatan bagi orang-orang melalui enkripsi dari ujung ke ujung, sekaligus bekerja sama dengan penegak hukum untuk menyelesaikan kejahatan," kata Catchcart.

Baca juga: Mengapa Emoji Kalender di WhatsApp Android Selalu 24 Februari?

Cara kerja penyaring konten WhatsApp

Sekilas, dari deksripsi tugasnya, para pekerja kontrak ini mirip dengan moderator konten.

Jasa moderator konten kerap digunakan perusahaan teknologi untuk menyaring konten negatif atau yang tidak sesuai dengan kebijakan konten platform mereka.

Tujuannya adalah menciptakan platform yang lebih kondusif.

Akan tetapi, Direktur Komunikasi WhatsApp, Carl Woof, menolak sebutan "moderator konten" untuk ribuan pekerja itu.

"Kami biasanya tidak menyebut mereka dengan itu (konten moderator) untuk WhatsApp," kata Woog.

Menurut Woog, perusahaannya berusaha membangun platform yang fokus ke privasi pengguna sekaligus mencegah penyalahgunaan. Karena hal itu pula, WhatsApp tidak memiliki laporan berapa konten yang "ditindak".

Hal ini berbeda dengan Instagram dan Facebook yang mengaku memiliki 1.500 moderator konten untuk menyaring informasi dan konten yang hilir mudik di kedua platform itu.

Secara berkala mereka mempublikasikan laporan transparansi berapa banyak akun dan konten yang ditertibkan.

Hal itu dimungkinkan karena Facebook dan Instagram tidak dilidungi fitur enkripsi dari ujung ke ujung seperti WhatsApp.

Berdasarkan pengakuan 29 moderator dan mantan moderator, pengalaman menjadi "moderator konten" WhatsApp di Austin mirip dengan tugas sebagai moderator konten Facebook atau Instagram.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com