Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Facebook Tumbang dan Betapa Bergantungnya Kita pada WhatsApp dan Instagram

Kompas.com - 08/10/2021, 10:36 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Layanan Facebook Inc. yang mencakup Facebook, WhatsApp, dan Instagram sempat tumbang selama berjam-jam, sejak Senin (4/10/2021) malam waktu Indonesia hingga Selasa (5/10/2021) pagi.

Alhasil, netizen Indonesia ramai-ramai menyampaikan keluh kesahnya di Twitter. Bahkan pantauan KompasTekno pada Selasa pagi pukul 05.30, kata kunci WhatsApp, Instagram down, serta Facebook down menduduki puncak trending topic, baik di Indonesia maupun global.

Dari kata kunci itu, kebanyakan dari netizen mengeluhkan soal layanan WhatsApp yang tumbang. Sebagaimana diketahui, aplikasi pesan instan ini memang populer di Indonesia dan diandalkan untuk berkomunikasi serta bekerja.

KompasTekno mencoba melihat seberapa penting peran Facebook, WhatsApp, dan Instagram di dalam keseharian netizen Indonesia.

Melalui sebuah polling kecil, kami melontarkan pertanyaan "Dari tiga layanan Facebook Inc., kalian tidak bisa hidup tanpa aplikasi yang mana dan mengapa?".

WhatsApp jadi saluran komunikasi nomor satu

Dari polling tersebut didapatkan respons yang beragam. Mayoritas menjawab tak bisa hidup tanpa WhatsApp.

Alasannya, aplikasi ini sudah menjadi saluran komunikasi nomor satu bagi mereka, baik untuk terhubung dengan teman, keluarga, murid, hingga kolega kerja.

Selain komunikasi, di masa pandemi ini, WhatsApp juga memegang peranan penting untuk kegiatan kuliah online dan kerja dari rumah (work from home/ WFH).

Misalnya, seperti yang dialami salah satu responden, Challis Malika. Challis yang tengah menjalani program profesi dokter (co-ass), menggunakan WhatsApp sebagai media komunikasi utamanya.

Baca juga: Layanan Down, Facebook, Instagram, dan WhatsApp Minta Maaf lewat Twitter

Challis menceritakan, ia harus melaporkan kondisi pasien ke dokter konsulen dan melakukan konsultasi dengan dokter residen lainnya.

"WhatsApp jadi satu-satu media, karena dokter ini tidak bisa dihubungin lewat saluran lain. Beberapa (dokter) malah 'haram' dihubungin lewat SMS atau telepon," kata dia.

"Jadi jika tidak ada WhatsApp, bisa ketinggalan informasi. Tidak bisa menghubungi dokter-dokter senior, tidak bisa ujian. Ujung-ujungnya, jadi masalah," lanjut Challis.

Respons serupa dilontarkan oleh Marintih Prasetiyaningrum, salah satu responden yang berprofesi sebagai guru SMK dan bimbel. Ia mengungkapkan, WhatsApp jadi media pembelajaran jarak jauh (PJJ) utama selama pandemi Covid-19 ini.

"Sekarang pembelajaran masih online dan komunikasinya lewat WA (WhatsApp). Belajarnya lewat zoom misalnya, tapi, mengirim latihan soal tetap di WA grup. Selain latihan, review pembelajaran semua juga lewat WA," kata Marintih.

Jadi, kata Arin, ketika WhatsApp down, proses belajar mengajar juga ikut terganggu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com