Ini juga akan jadi catatan bagi operator tersisa kalau ingin merger tetapi pendapatan per pelanggan (ARPU – average revenue per user) terancam menurun. Barangkali bisa dikompensasi dari pindahnya milenial yang masuk ke golongan pekerja/eksekutif.
Kemungkinan ini akan menjadi peringatan bagi operator lain, khususnya Telkomsel, karena jumlah pelanggan IOH akan makin mendekati jumlah pelanggan Telkomsel. Sudah jadi rahasia umum, tarif layanan Telkomsel paling mahal dibanding Indosat, atau XL Axiata.
Telkomsel boleh bilang layanan mereka lebih luas, lebih banyak dan lebih digital dibanding layanan operator lain.
Jangan salah, tarif bisa disesuaikan dengan segmen pelanggan. Ada yang premium, layaknya pesawat kelas full service seperti Garuda Indonesia, ada yang LCC (low cost carrier) seperti Citilink yang murah asal bisa kebawa terbang.
Bagaimanapun, merger kali ini bisa dikatakan membahagiakan semua orang, tidak hanya operator yang tidak ketir-ketir spektrumnya akan diambil pemerintah, tetapi pelanggan juga bahagia. Kalau selama ini pelanggan 3 atau Indosat punya dua kartu operator berbeda, kini cukup satu, Kuning saja, karena juga menyediakan layanan milenial.
Negara juga berbahagia, masuknya konglomerat dari Arab (Ooredoo) Qatar dan Hongkong/China, akan menambah kocek dari PNBP. Naiknya capex bisa berimbas ke pertumbuhan pendapatan UMKM, pajak dan sebagainya, yang datang dari satu perusahaan asing global dan besar. ***
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.