Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch S. Hendrowijono
Pengamat Telekomunikasi

Mantan wartawan Kompas yang mengikuti perkembangan dunia transportasi dan telekomunikasi.

kolom

Konsolidasi Operator dan Spektrum 2600 GHz

Kompas.com - 18/10/2021, 09:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Proses konsolidasi Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia mestinya berjalan lancar. Memadukan dua operator yang punya teknologi dan segmen pasar berbeda justru menjadi modal kuat melaju, khususnya dalam proses transformasi digital yang tengah digalakkan pemerintahan Jokowi.

Para ahli menilai, kompetisi di industri telko akan makin baik, efisien, jika jumlah operator berkurang lagi, jadi tiga, setidaknya empat operator.

UU No 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Pesaingan Usaha Tidak Sehat menyebutkan, sebuah perusahaan tidak boleh menguasai pasar di atas 50 persen; Konsolidasi 2, 3 atau lebih perusahaan dilarang menguasai pasar 75 persen.

Konsolidasi antara Indosat Ooredoo dan Hutchison Tri Indonesia (Tri), terlihat merangsang pasar, kemungkinan mergernya XL Axiata dan Smartfren sudah ramai dipercakapkan orang.

Jika itu terjadi, operator seluler kita tinggal empat, Telkomsel tetap unggul dengan pelanggan saat ini 169,1 juta, lalu IOH 104 juta, XL-Smart 84 juta, dan Net1, kalau masih ada kelak, 100-an ribu.

Orang pesimis Net1 akan tetap hidup dengan semua kemampuannya sudah diungguli operator lain, teknologinya pun beralih menjadi 450 MHz LTE-R, long term evolution-railway, mulai digunakan kereta api di China menggantikan teknologi GSM-R.

KCIC, Kereta Api Cepat Indonesia China masih menggunakan teknologi GSM-R, dengan meminta spektrum selebar 4 MHz di rentang 900 MHz milik Telkomsel untuk kontrol operasional KA Cepat Jakarta – Bandung.

Namun banyak yang belum sadar, sudah beberapa lama ini ada “operator baru” yang bekerja di spektrum 2,6 GHz, spektrum yang digunakan untuk penyiaran lewat satelit, seperti Indovision dan lainnya.

Di pasar terbatas konon sudah ada ponsel berteknologi 5G yang bisa digunakan, namun itu semua masih belum berizin dan bekerja sebagai fix broadband seperti halnya First Media.

Padahal spektrum 2,6 GHz bersama 26 GHz dan 35 GHz dicadangkan pemerintah untuk layanan 5G, yang mulai dikembangkan operator menggunakan frekuensi 2300 MHz dan gabungan 1800 MHz dan 2100 MHz.

Stasiun televisi siaran memegang lisensi spektrum 2600 mHz sampai 2024, dan bisa jadi pada tahun itu pemerintah akan berganti, kebijakan berganti, operator bisa bertambah lagi, khususnya operator 5G.

Di spektrum 2600 MHz ini, ada pita selebar 190 MHz yang digunakan penyiaran televisi yang total penerimaan negara bukan pajak (PNBP) berupa biaya hak penggunaan (BHP) frekuensinya kurang dari Rp 100 miliar setahun.

Jika kelak dilelang, mencontoh pita selebar 30 MHz di spektrum 2300 MHz yang dimenangkan Telkomsel beberapa tahun lalu dengan angka Rp 1,05 triliun, negara paling tidak akan menerima Rp 6 triliun plus upfront fee, selain BHP frekuensinya setiap tahun sebesar itu juga.

Kecepatan internet

Dengan konsolidasi yang terjadi saat ini, perluasan jaringan 4G/LTE diupayakan untuk menggiring pelanggan lepas dari layanan 2G dan 3G yang teknologinya sudah “lapuk”, pindah ke 4G LTE.

Pasar 2G menurut Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia – Institut Teknologi Bandung (Pikerti – ITB) Dr Ir Ian J Matheus Edward masih ada, vendor ponselnya juga tetap jalan walau volumenya kecil.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com