Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Panjang Sistem Rekomendasi Video YouTube, dari Berbasis Klik hingga Aktivitas

Kompas.com - 21/10/2021, 12:05 WIB
Oik Yusuf,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

Upaya menekan misinformasi

Seiring dengan meningkatnya popularitas YouTube, jenis konten di dalamnya makin beragam.

Video yang melanggar ketentuan penggunaan bermunculan, juga konten berisi misinformasi yang berpotensi menyesatkan.

Belum lagi, menurut Goodrow, makin banyak orang yang datang ke YouTube untuk memperoleh berita dan informasi sehingga penyisiran kualitas konten menjadi semakin penting.

YouTube pun mendapat tanggung jawab menyaring video, termasuk di sistem rekomendasinya.

Pembatasan low-quality content di YouTube sudah diterapkan di sistem rekomendasi YouTube sejak 2011.

Ketika itu, kata Goodrow, YouTube mengidentifikasi video bermuatan sensual atau kekerasan dan mencegahnya masuk ke rekomendasi.

Pada 2015, marak bermunculan video dengan konten bersifat sensasional di YouTube. Video macam ini pun kemudian didemosi agar tak sering muncul di laman beranda,

Beberapa tahun belakangan, tantangannya adalah ramainya video misinformasi atau borderline, yakni konten yang hampir melanggar Community Guideline YouTube. Misalnya, video-video teori konspirasi.

Sebagai upaya membantu pengguna mendapatkan informasi yang akurat, saat mereka mencari informasi tentang hal tertentu, YouTube akan menampilkan konten dari sumber otoritatif -seperti outlet media- di urutan teratas.

Untuk mengindentifikasi apakah sebuah video atau kanal bersifat kredibel dalam artian menyajikan informasi yang bisa dipercaya, YouTube menggunakan tim evaluator yang anggotanya tersebar di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.

Baca juga: YouTube Lebih Tegas Blokir Konten Anti-vaksin

Para evaluator yang jumlahnya tidak disebutkan ini terlatih menilai konten video atau kanal berdasarkan kriteria rating yang bisa dilihat di link ini.

"Kami juga mengacu kepada para ahli, seperti misalnya dokter untuk konten tentang informasi kesehatan," terang Goodrow.

Untuk menentukan seberapa kredibel sebuah video atau kanal, para evaluator mencari tahu hal-hal seperti apakah video memberikan konten sesuai yang dijanjikan, tingkat kepakaran seperti apa yang diperlukan untuk menyampaikan informasi dalam video, siapa narasumbernya, dan lain-lain.

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut menentukan nilai kredibilitas dari sebuah video. Semakin tinggi nilainya, semakin besar kemungkinan video dipromosikan untuk kategori konten berita dan informasi.

Evaluator juga menilai apakah konten mengandung misinformasi atau bersifat borderline.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com