Sebab pada skema ini, vendor akan membenamkan bloatware, berupa aplikasi-aplikasi lokal bawaan yang belum tentu dibutuhkan konsumen, ke dalam smartphone yang dijualnya.
Bloatware ini sifatnya permanen (tidak bisa dihapus/uninstall) karena merupakan syarat pemenuhan TKDN. Lucky menjelaskan, aplikasi tersebut akan berdampak besar pada pengguna yang hendak membeli perangkat entry-level alias ponsel murah.
Sebab, ponsel kelas bawah kebanyakan mengunggulkan nilai jual pada harga yang terjangkau, serta memiliki kapasitas RAM dan memori penyimpanan yang terbilang minim.
Apabila skema investasi 100 persen software diterapkan, maka ponsel akan semakin terbebani dengan adanya aplikasi tambahan yang dibenamkan.
"Bloatware ini menyita storage, terkadang membawa iklan, running di background, sehingga menghabiskan RAM juga, dan akan terasa memberatkan untuk device low-end yang minim RAM dan storage," pungkas Lucky.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.