KOMPAS.com - Facebook Inc. resmi berganti nama menjadi Meta Platforms Inc. Berita besar ini diumumkan CEO Mark Zuckerberg, dalam konferensi tahunan Connect yang digelar pada Kamis (28/10/2021).
Selain untuk menghindari kebingungan dengan nama media sosial Facebook, pergantian nama menjadi Meta ini nampaknya juga menjadi upaya Facebook memperbaiki citra perusahaan yang sebelumnya telah dipandang buruk.
Sebelumnya, seorang mantan karyawan Facebook bernama Frances Haugen membocorkan dokumen internal perusahaan yang mengungkap bahwa Facebook sebenarnya mengetahui jejaring sosialnya memiliki masalah privasi, keamanan, dan kesehatan.
Baca juga: Selain Facebook, 3 Perusahaan Teknologi Ini Juga Pernah Ganti Nama
Meski tahu akan dampak buruk yang dihasilkan oleh layanannya, menurut Haugen, Facebook memilih bungkam dan lebih memproritaskan untuk mendulang keuntungan, alih-alih menjaga privasi penggunanya.
Wakil Presiden dan Direktur Riset Forrester, Mike Proulx menilai bahwa perubahan nama yang dilakukan Facebook tidak dapat menghindari perusahaan dari masalah-masalah sebelumnya.
"Jika Meta tidak mengatasi masalah (privasi dan keamanan) dengan serius, tidak diragukan masalah yang sama juga akan menghampiri Metaverse," ungkap Proulx, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari CNet, Senin (1/11/2021).
Dari hasil riset Forrester yang mensurvei 745 orang di AS, Kanada, dan Inggris, mayoritas (75 persen) berpendapat bahwa ganti nama perusahaan tak lantas meningkatkan kepercayaan kepada Facebook.
Baca juga: Nama Aplikasi Facebook, Instagram, dan WhatsApp Ganti Jadi Meta?
Kritikan juga datang dari salah satu anggota parlemen asal New York, Alexandria Ocasio-Cortez yang berpendapat bahwa Meta berpotensi menjadi ancaman yang buruk bagi institusi negara dan juga penggunanya.
Meta as in “we are a cancer to democracy metastasizing into a global surveillance and propaganda machine for boosting authoritarian regimes and destroying civil society… for profit!” https://t.co/jzOcCFaWkJ
— Alexandria Ocasio-Cortez (@AOC) October 28, 2021
"Meta itu seperti 'kanker bagi demokrasi yang bermetastasis menjadi sistem pengawasan global dan mesin propaganda untuk meningkatkan rezim otoriter, menghancurkan masyarakat sipil demi keuntungan," tulis Cortez.
Pernyataan tersebut turut diamini oleh dewan pengawas independen konten di Facebook dan Instagram, yakni Oversight Board.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.